Minggu Palma: Gambaran Kehidupan Manusia| Renungan Harian

Picture by Kompasiana.com

Minggu, 10 April 2022, Hari Minggu Palma Mengenangkan Sengsara Tuhan .

Bacaan Perarakan: Luk 19:28-40

Bacaan I         : Yes. 50:4-7

Bacaan II       : Flp. 2:6-11

Bacaan Injil   : Luk. 22:14- 23:56 (panjang) atau Luk. 23:1-49 (singkat).

Penaclaret.com – Para sahabat Pena Claret yang terkasih, kita telah memasuki pekan suci yang dimulai dengan perayaan Minggu Palma hari ini dan berakhir pada hari Minggu Paska nanti. Dalam rentang waktu satu minggu ini, kita secara khusus merenungkan lebih mendalam peristiwa sengsara, wafat, dan kebangkitan Tuhan kita Yesus Kristus sebagai puncak peyelamatan Allah terhadap manusia.

Secara khusus hari ini kita merenungkan peristiwa Yesus masuk kota Yerusalem. Kota ini akan menjadi saksi sejarah Allah memenuhi janji keselamatan-Nya untuk kita melalui Putra Tunggal-Nya Yesus Kristus. Inilah inti dari perayaan Minggu Palma ini, mengenang peristiwa Yesus masuk kota Yerusalem, tempat darah-Nya bercucuran.

Baca juga :  Buah Jatuh Tidak Jauh dari Pohonnya

Para sahabat Pena Claret terkasih, salah satu ciri khas dari perayaan hari ini adalah perarakan sambil membawa daun palma (bdk. Yoh. 12:13) atau ranting-ranting ( bdk. Mat. 218, Mar. 11:8) menuju gereja sebagai lambang Yerusalem. Daun palma melambangkan kemenangan kehidupan, harapan, dan berkat, walaupun dalam perayaan tersebut masih ada kisah sengsara. Kita yakin bahwa di balik salib terdapat kemenangan.

Sebagai perayaan penuh makna, marilah kita mengais lebih jauh makna dari perayaan ini. Secara pribadi, saya menemukan dua point penting. Pertama, ketika Yesus memasuki kota Yerusalem, Ia menunganggi keledai. Dia tidak menunggangi unta atau kuda yang lebih kuat. Keledai adalah hewan yang sangat lemah, ia tidak memiliki potensi seperti unta atau kuda yang bisa membawa beban. Tindakan Yesus ini sebenarnya menunjukan sikap kerendahan hati dan kelemahlembutan-Nya.

Baca juga :  Bersyukur: Merayakan Kebahagiaan | Renungan Harian

Kedua, ketika Yesus memasuki kota Yerusalem, Ia disambut dengan meriah atau sorak-sorai. Akan tetapi, kemeriahan ini bukanlah puncak dari perjalanan-Nya.  Artinya Yesus memasuki kota Yerusalem dengan sambutan yang meriah belum berakhir sampai di situ, tetapi dilanjutkan dengan peristiwa dipukul, ditinggali oleh para murid, diludahi dikhianati, ditelanjangi sampai dengan kematian-Nya di kayu salib. Perarakan dengan pekikan suara “Hosana Putra Daud” akan dilanjutkan dengan pekikan “salibkan Dia!”

Para sahabat Pena Claret yang terkasih, peristiwa perjalanan Yesus menuju Yerusalem adalah sebuah gambaran kehidupan manusia. Hidup kita tidak statis, tetapi selalu dalam sebuah perubahan. Kadang kita akan memperoleh tepukan tangan dan pujian dari orang lain karena keberhasilan hidup kita, tetapi kadang juga kita memperoleh cercaan dan ejekan karena kegagalan yang kita alami. Demikian hidup sebagai sebuah kesempurnaan makhluk ciptaan. Akan tetapi, dibalik itu, kita adalah “raja atas hidup kita sendiri.” Tugas kita adalah menunggangi hidup sebaik mungkin salah satunya adalah menunggi kehidupan kita dengan keledai artinya jalanilah dengan penuh kesabaran dan kerendahan hati, sebab dengan jalan salib seperti itulah Yesus sampai pada kebangkitan sebagai lambang kemenagan-Nya. Selamat berhari minggu. Semoga Tuhan memberkati.