Mengikuti Yesus

Hubert Eko Setiawan

Minggu Palma
Sumber gambar: ClaretPath.Com dan Canva.com

ClaretPath.ComMengikuti Yesus

Hari Kamis Sesudah Rabu Abu, 23 Februari 2023

Bacaan I: Ul. 30:15-20

Bacaan Injil: Luk. 9:22-25

Para sobat setia ClaretPath, saya yakin dan percaya, bila anda berhadapan dengan pertanyaan , “Peristiwa penyangkalan terbesar apakah yang pernah terlukis dalam Kitab Suci?” Arah jawaban anda akan tertuju pada peristiwa penyangkalan Petrus kepada Yesus dalam perjalanan penuh sengsara menuju Golgota. Sebagai seorang Rasul, tindakan Petrus tidak dapat dibenarkan dan tidak patut dicontohi. Namun, berawal dari penyangkalan itulah, Petrus berubah menjadi Rasul pertama yang menerima perutusan untuk mewartakan Injil ke seluruh dunia. Petrus pun akhirnya sangat setia dalam mewartakan Kristus hingga mati tersalib sebagai seorang Martir. Sepanjang hidupnya, Rasul Petrus telah menyangkali keinginan diri, memikul salib dan memeluk penderitaan, serta mengikuti Yesus seumur hidupnya.

Berbicara soal penyangkalan, narasi Injil hari ini menawarkan tiga cara radikal untuk mengikuti Yesus, yakni dengan menyangkal diri, memikul salib dan mengikuti Yesus. Mengapa harus dengan menyangkal dan memikul Salib untuk mengikuti Yesus? Berbeda dengan penyangkalan Petrus, penyangkalan yang ada dalam bacaan Injil hari ini adalah mau menempatkan kebenaran dan kehendak Allah lebih tinggi daripada keinginan pribadi. Ini adalah suatu tindakan yang tidak mudah. Sebab sebagai manusia, kita sering melakukan sesuatu yang kita anggap gampang dan menguntungkan kita. Kita tidak mau mempertimbangkan apa yang sebenarnya Tuhan kehendaki dalam hidup harian kita.

Baca juga :  Sekat Antara Tuhan dan Manusia | Renungan Harian

Penyangkalan diri secara terus-menerus yang berlanddas pada kebenaran dan kasih kepada Allah, akan semakin membuat diri kita menjadi semakin mirip dengan Kristus. Dan penyangkalan diri ini akan membawa kita kepada kebebasan, kebenaran dan keselamatan yang datang dari Allah. Dengan demikian, kita akan semakin mengikuti perintah Allah dengan lebih mudah dan lebih siap, karena mengikuti perintah Allah telah menjadi karakter atau menjadi bagian dan kebiasaan dari jiwa kita.

Salib Jasmaniah dan Salib Rohaniah

Selain menyangkali diri sendiri, seorang pengikut Kristus perlu memikul salib untuk mengikuti Kristus. Salib atau penderitaan merupakan jalan yang harus kita tempuh, untuk mengikuti Yesus. Sebab, selama kita hidup di dunia, penderitaan tidaklah sepenuhnya dapat terelakkan. Tidak perlu mencarinya sebab penderitaan itu akan datang dengan sendirinya. Memang ada penderitaan yang datang karena kesalahan kita, tetapi ada juga yang bukan karena kesalahan kita. Juga, ada penderitaan yang harus kita terima, sebagai konsekuensi dari panggilan hidup yang kita jalani sebagai pengikut Kristus. Dengan memikul salib, kita mampu merasakan separuh dari penderitaan Kristus dan menyadari bahwa Tuhan begitu mencintai kita dan Dia tidak ragu untuk menderita demi kita. Pendeknya, hidup kita sebagai murid Kristus tidak terlepas dari salib.

Baca juga :  Takut mati? | Renungan Harian

St. Agustinus mengajarkan bahwa ada dua macam salib yang harus kita pikul. Pertama, salib jasmaniah dan yang kedua, salib rohaniah. Salib yang jasmaniah maksudnya adalah menahan nafsu yang tak teratur yang berhubungan dengan sentuhan, rasa, penglihatan dan seterusnya. Sedangkan dengan salib yang rohani adalah yang jauh lebih pantas kita perhatikan, Ia mengajar kita untuk mengendalikan apa-apa yang disukai pikiran kita dan untuk mengekang dorongan-dorongan yang tak teratur, dengan memiliki kerendahan hati, ketenangan, kesederhanaan, kesopanan, damai sejahtera, dsb.

Baca juga :  Matematika Pengampunan Tuhan

Para sobat yang baik hati, dua jalan kemuridan untuk mengikuti Tuhan yang ditawarkan pada hari ini, niscaya membuahkan keselamatan bagi kita yang sungguh percaya dan meyakininya. Sejauh kita tetap bersukacita menerima segala penderitaan dan kesulitam hidup yang kita alami, Tuhan tidak akan menutup rahmat-Nya untuk memampukan kita. Mari, kita jadikan 40 hari perziarahan selama masa prapaskah ini sebagai momentum untuk membenahi diri dan memperbaiki kualitas kemuridan kita. Semakin rela kita menyangkali diri dan memikul salib kita, maka semakin layak pula keselamatan yang dijanjikan Allah kepada kita. Rahmat Tuhan senantiasa memampukan kita.