“Menghermeneutikakan” Bait Allah I Renungan Harian
Jumat 18 November 2022, Pekan biasa XXXIII peringatan fakultatif pemberkatan Gereja Gereja Basilika Santo Petrus dan Paulus, Rasul.
Bacaan I : Why. 10:8-11
Bacaan Injil: Luk. 19:45-48
ClaretPath.com – Secara liturgis, hari ini Gereja sejagat memperingati pemberkatan Basilika Santo Petrus dan Paulus. Bertepatan dengan itu, Yesus melalui bacaan Injil hari ini mengundang kita sekalian untuk menjadikan “Bait Allah” sebagai rumah doa. Pertama-tama, pantaslah ditanyakan dahulu maksud dari “Bait Allah” sendiri.
Bait Allah Historis
Bacaan Injil yang sampai kepada kita, para pembaca modern, menampilkan peristiwa di mana Yesus mengusir para pedagang di Bait Allah. Alasan pengusiran ini adalah karena para pedagang telah mengaburkan peran Bait Allah di tengah kehidupan bangsa Israel. Bait Allah bagi orang Israel memiliki peran utama sebagai tempat yang kudus karena di dalamnya di simpan tabut perjanjian atau dua loh batu yang bertuliskan sepuluh perintah Allah. Bait Allah juga menjadi tempat menyembelih kurban dan mempersembahkan persembahan kepada YHWH. Mungkin karena itulah para pedagang menyulap Bait Allah menjadi pasar karena adanya peluang menjual persembahan dan hewan kurban. Para pedagang membaca Bait Allah dari kaca mata peluang bisnis, “Bait Allah menjadi tempat yang strategis.” Para pedagang ini membuat Yesus geram karena mereka telah menyulap Bait Allah menjadi pasar.
Menghermeneutikkan Bait Allah
Narasi di atas adalah deskripsi Bait Allah yang ada dalam sejarah Israel. Akan tetapi bagaimana kita yang tidak pernah melihat langsung Bait Allah, menangkap pesan Yesus? Lagi pula Bait Allah itu juga telah hancur dan tidak ada. Karena itu, Bait Allah yang di dalam kisah Injil hari ini harus di-hermeneutika-kan atau dihari-ini-kan. Kata Bait Allah harus dipahami secara metaforis, yaitu ungkapan simbolik.
Bait Allah yang dimaksud Yesus adalah tubuh kita sendiri. Rasul Paulus dalam epistolanya kepada jemaat di Korintus 6:19-20 menandaskan bahwa “Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri? Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!”
Untuk kaum Hawa
Karena itu, para pembaca ClaretPath.com yang muklis, hendaklah kita menjadikan tubuh kita sebagai tempat yang khusuk dan kudus bagi Allah dan sesama. Mengingat realitas pasar yang akhir-akhir ini sedang masif ,di mana tubuh kaum hawa diposting begitu seksi, seruan Yesus ini lebih menggugat kita pada umumnya untuk menghargai tubuh kaum hawa yang rentan terhadap perdagangan, dan sangat mendesak bagi kaum hawa secara khusus agar menghargai tubuh mereka. Bagaimana orang akan menghormati tubuh kita, kalau kita sendiri tidak menghargainya.
“Menghermeneutikakan” Bait Allah
Mahasiswa Filsafat Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Pengagum absurditas Albert Camus