Mengampuni

Sumber gambar;www.tempusdei.id

Selasa 14 Juni 2022

Bacaan I, 1 Raja-raja 5;38-42

Bacaan II Injil Matius 5;43-48

Penaclaret.com- Para sahabat Pena Claret, yang terkasih. Salam jumpa kembali. Saya mengawali refleksi ini, dengan mengulang refrendari mazmur tanggapan. “Ya Tuhan, kasihanilah kami, orang yang berdosa ini” (Mzm 51)

Mazmur 51, merupakan mazmur tobat – sejenis nyanyian sendu seorang pendosa. Si pendosa mengaku bersalah dan serentak sadar bahwa ia tidak sanggup keluar dari dosa. Karena itu, ia berseru kepada Tuhan: “Kasihanilah Aku ya Allah, menurut kasih setia-Mu; hapuskanlah pelanggaranku menurut rahmat-Mu yang besar.”

Si pendosa bergumul seorang diri. Ia berteriak, berharap datang seorang penolong. Dan, dia sendiri tahu bahwa Tuhan adalah penolong. Karena itu dengan derai air mata, ia berharap: “bersihkanlah aku seluruhnya dari kesalahanku ya Tuhan, dan tahirkanlah aku dari dosaku. Sebab aku sadar akan pelanggaranku.”

Baca juga :  Dipanggil untuk Melayani

Pemazmur di sini, menggemakan keyakinan umat pilihan. Bagi umat Israel, Tuhan adalah Allah yang kadang marah, tetapi juga mahamurah. Ia maharahim. Pemazmur yakin akan hal itu. Keyakinan itu, membangkitkan nyali, untuk kembali dan meminta ampun, walau ia telah bersalah terhadap Tuhan.  

Wujud lain dari nyanyian tobat si pemazmur, bisa kita lihat dalam bacaan pertama. Raja Ahab dan Izebel adalah dua manusia yang telah jatuh dalam lembah dosa. Mereka bejat. Tidak hanya karena mengambil nyawa Nabot, tapi juga karena merampas tanah pusakanya. Hal-hal itu, membuat Tuhan gusar. Api amarahnya membara.

Akan tetapi, Allah yang marah kemudian menjadi Dia yang memandang dengan kemurahan. Amarahanya surut, setelah Ahab menyesal dan bertobat. Ia mengoyakan pakaian, dan mengenakan kain kabung. Ia berpuasa, sebagai silih atas dosa. Ketika Tuhan melihat Ahab bertobat, murkanya mereda atas mereka.

Baca juga :  Memancing Bersama Dia | Renungan Harian

Melalui drama pertobatan Ahab dan Izebel ini, kita berjumpa dengan sosok Allah yang murah hati. Allah yang mengampuni walaupun umatnya bertindak keji. Dalam pada itu, pertobatan mereka, bisa dilihat sebagai pewartaan terhadap Allah yang berbelas kasih. Persis seperti yang diserukan pemazmur, pada bagian paling akhir: “lepaskanlah aku dari hutang darah, ya Allah penyelamatku, maka lidahku akan memasyurkan keadilan-Mu”.

Dari seruan pemungkas pemazmur itu, bisa dipastikan bahwa pengampunan, merupakan medium pewartaan, tentang Tuhan yang maharahim. Dan, hal seperti itu pulalah yang menjadi pesan utama sabda bahagia, yang di dalamnya Yesus mewartakan betapa pentingnya mengampuni.

Dalam pengajaran Yesus, mengampuni itu diekspresikan dalam perintah kasih yang melampaui batas hukum dan kebiasaan umum. Kasih yang tidak hanya dialamatkan kepada kawan, tetapi juga terhadap lawan. Kasih semacam itu, adalah pra-tanda identitas sebagai anak-anak Bapa di Surga. Bapa, yang mengampuni Ahab dan Izebel yang bejat, walaupun mereka telah bertindak jahat terhadap Nabot.

Baca juga :  Keyakinanmu adalah Identitasmu | Renungan Harian

Jiwa dari Bapa yang mengampuni itulah yang kita dengarkan dalam bacaan-bacaan hari ini. Karena kasih, Allah mengampuni Ahab dan Izebel. Karena kasih pula, Yesus mengundang kita, untuk saling mengampuni. Bagi kita – seperti bagian pemungkas nyanyian Pemazmur, “mengampuni adalah sebuah pewartaan.”  Kita mewartakan pengampunan Allah itu, dalam sikap dan laku hidup harian.*