Jatuh dan Mati untuk Hidup

SABDA HARIAN - Oleh Todi Manek, CMF

Benih Jatuh dan Mati
Gambar: intisari.grid.id

ClaretPath.com – Jatuh dan Mati untuk Hidup

  • Sabtu, 10 Agustus 2024, Pekan Biasa XVIII
  • Injil Yohanes 12:24-26

Tak seorang pun mau jatuh. Apalagi setelah kejatuhan terjadi kematian, setiap kita tentu berusaha untuk menghindarinya. Akan tetapi, Tuhan Yesus hari ini mengajarkan sesuatu yang berbeda.

Ia menggunakan perumpamaan biji gandum. Kata-Nya, “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah” (Yoh 12:24).

Baca juga :  Memelihara Kasih

Ternyata kita hanya bisa sungguh hidup dan menghasilkan buah jika kita jatuh ke dalam tanah dan alami kematian. Oleh karena itu, sebenarnya jatuh dan mati bukanlah suatu kejadian yang menyeramkan. Sebaliknya, kita perlu bersyukur jika kedua hal tersebut kita alami.

Meski demikian, jatuhnya dan matinya sebuah benih tidak serta merta menghasilkan buah. Benih hanya akan menghasilkan buat jika ia tumbuh kembali setelah kematiannya.

Baca juga :  Zamanku Lagi Kronis

Dalam ilmu pertanian, benih akan tumbuh jika secara fisiologis ia telah matang sehingga siap menjadi benih (Kamsurya, 2018). Hal ini memerlukan ketepatan waktu ketika memanen dan mempersiapkan benih tersebut.

Benih yang baik, misalnya biji gandum, harus berasal dari bulir gandum yang sudah matang. Hanya dari kematangan tersebut, ketika benihnya masuk ke dalam tanah dan alami kematian, ia akan tumbuh dan menghasilkan buah berlimpah.

Baca juga :  Berjalan Sambil Berbuat Baik | Renungan Harian

Kita bisa mengatakan tumbuh tidaknya sebuah benih tergantung pada kualitas benih. Akan tetapi, benih yang berkualitas tersebut harus mengalami kematian terlebih dahulu, sehingga bisa tumbuh dan menghasilkan buah berlimpah.

Mari kita belajar untuk menerima kenyataan jatuh dan mati sebagai proses yang harus terjadi. Karena hanya dengan cara demikian, kita akan mengalami hidup baru.