“Kebangkitan dan Fakta Perjumpaan Yang Mengubah”

Sumber gambar: brentwoodchurch.ca

Hari Rabu Dalam Oktaf Paskah, 20 April 2022

Bacaan I: Kis 3:1-10

Bacaan Injil:  Luk 24:13-35

                Pena claret.com-Para sobat pena Claret yang terkasih. Setiap kita tentu memiliki perspektif masing-masing untuk menakar realitas hidup. Pembacaannya pun boleh dianggap plural tergantung pada subjek pelaksana. Ada yang mengatakan bahwa hidup ini terlalu pahit untuk dijalani. Ada juga yang berujar bahwa hidup ini indah. Dua pernyataan ini tampak ambivalen tetapi sangat eksistensial dalam hidup setiap orang. Lantas dapat dimengerti sebagai akibat yang timbul karena gejala emosi yang timbul pada saat peristiwa itu dialami.

Baca juga :  Merespons Firman

Selain itu juga, pada prinsipnya manusia juga selalu menghendaki agar memperoleh hidup yang baik. Ia akan berusaha sedemikian rupa agar  bisa meraih apa yang diimpikan. Demikian hidup yang baik adalah cita-cita yang primordial dan menjadi syarat mutlak. Namun dalam prosesnya ia akan mengalami tabrakan dengan tantangan dan rintangan. Di sinilah ia akan berkecimpung dalam pertimbangan-pertimbangan. Maju atau mundur dan bisa saja mengatakan dua perspektif  ambivalen di atas untuk menggambarkan situasinya.

Realitas di atas juga dialami oleh kedua murid yang sedang dalam perjalanan ke Emaus. Kematian Yesus adalah pengalaman pahit yang mengguncang hidup mereka. Kehilangan sosok berharga adalah alasan dari kegelisahan. Namun di dalam kegelisahan ini, Yesus hadir sebagai teman seperjalanan. Ia mendengarkan kegelisahan mereka dan sekaligus memantik harapan mereka untuk bangkit. Tepat di sinilah fakta perjumpaan yang mengubah arah hidup. Ada perasaan nyaman dan merasa disemangati oleh Yesus, meski awalnya tidak disadari. Perjumpaan ini adalah pengalaman iman yang mengubah hidup mereka untuk menjadi saksi kebangkitan Tuhan.

Baca juga :  Hidup Damai

Pengalaman kegelisahan kedua murid adalah pengalaman manusiawi yang juga sering kita alami. Tetapi satu hal yang pasti bahwasanya kita perlu bangkit dan tidak menyerah ditengah kegelisahan. Life isn’t about waiting for the strom to pass. But it’s about capability of learning to dance in the rain. And it’s just become the integral estimation to a renewing vision. [Hidup bukan untuk menunggu badai berlalu. Tetapi ini soal kapasitas untuk bisa menari di tengah “hujan” (tantangan). Dan itu hanya menjadi keyakinan integral untuk visi yang diperbaharui.] Tuhan memberkati.