Iman Yang Bermuara Pada Pengharapan

Sumber Gambar: www.katolisitas.org

Senin Pekan II Prapaskah, 14 Maret 2022

Bacaan Pertama: Nubuat Daniel: 9:4b-10

Bacaan Injil: Luk. 6: 36-38

Penaclaret.com-Tatanan hidup sosial yang dilandasi dengan penghayatan iman tentu akan mewujudkan suatu keselarasan dan kesejahteraan dalam hidup bersama. Situasi ini tentu saja menjadi harapan yang diperjuangkan oleh setiap orang, baik dari para pemimpin maupun dari masyarakat biasa. Untuk sampai pada harapan tersebut, suatu tatanan sosial kerapkali juga diperhadapkan dengan berbagai kesulitan akibat keberagaman karakter, pandangan serta tujuan hidup dari setiap orang.

Realitas ini sering terjadi dalam hidup kita saat ini yang mana setiap orang hanya berjuang untuk mengejar kepentingannya sendiri dengan mengabaikan kepentingan orang lain. Kenyataan tersebut tentu akan menimbulkan persoalan yang mengganggu kehidupan bersama. Jika setiap orang berjuang untuk kepentingannya sendiri, siapakah yang peduli dengan kepentingan orang lain yang juga perlu diperjuangkan bersama. Bila tidak demikian, maka yang akan terjadi adalah orang yang berkuasa akan semakin berkuasa sementara orang lemah akan semakin tertindas.

Baca juga :  Antara Iman dan Perbuatan

“Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur akan diukurkan kepadamu” (Luk. 6:38). Logia Yesus ini Sekiranya bisa menjadi pedoman hidup kita di hari ini dan selanjutnya.. Selain itu, Sabda Tuhan hari ini juga tentu menjadi peringatan bagi setiap orang yang mendengarkannya. Bahkan hal ini akan menjadi prinsip hidup yang efektif bila diaplikasikan dalam kehidupan bersama. Yesus dalam pengajaran-Nya hari ini, mengharapkan agar kita tidak bertindak ceroboh dan sesuka hati.  

Baca juga :  Gara-gara Tuhan, Baksonya Jadi Tidak Enak! |Renungan Harian

Para sahabat pena Claret yang terkasih, kita sebagai manusia yang rapuh semestinya perlu menyadari bahwa keberadaan kita sungguh berarti bagi orang lain. Kesadaran ini akan mengarahkan seseorang pada penghayatan iman bahwasannya dia harus memperlakukan orang lain sebagaimana dirinya sendiri. Untuk sampai pada kesadaran seperti ini tentu saja membutuhkan suatu komitmen dan perjuangan untuk keluar dari kebiasaan buruknya. Dengan demikian kita sebagai umat beriman, diajak untuk menghadapi kebiasaan buruk dengan berlandaskan iman yang pada akhirnya bermuara pada pengharapan.