Claret dan Serikat Yesus

Oleh Acen Putra

ClaretPath.com – Claret dan Serikat Yesus. Bermisi menjadi sensasi yang menyenangkan dalam jejak hidup Claret. Dia berjalan mendobrak batas wilayah. Pikiran satu-satunya adalah bagaimana membuat nama Allah dimuliakan. Inilah yang menjadi alasan mengapa misi universal lebih dicintainya ketimbang misi parokial. Jiwanya dibakar oleh semangat mencintai Allah. Dia rela meninggalkan Spanyol dan beralih ke Roma demi jangkuan misi yang lebih luas. Niat Claret yang mulia berjalan seiringan dengan semangatnya yang membara. Sewaktu ia berada di atas kapal dalam petualang menuju Roma, praktik kerendahan hatinya tampak nyata hingga membuat sebagian penumpang kapal terenyuh melihatnya. Dia menghabiskan malam di tengah lautan dengan bermatiraga, bermeditasi, dan berdoa. Siapa pun yang menyaksikannya, pasti takjub dengan sikapnya. Claret menggeluti setiap perjalanan hidupnya selalu dalam relasi intim dengan Tuhan.

Keinginan Claret menjadi misionaris memang kuat. Disela-sela waktu senggangnya selama berada di Roma tak disia-siakan dengan percuma. Claret memilih mengasah kehidupan spiritualnya melalui latihan rohani St. Ignatius, dibawah arahan langsung salah satu Pastor Serikat Yesus. Niat Claret yang menggebu-gebu menjadi seorang misionaris universal, tampaknya ditangkap oleh Pastor itu. Dia mengutarakan kepada Claret “Karena Allah Tuhan kita memanggil engkau ke misi-misi di luar negri, lebih baik engkau masuk Serikat Yesus yang bisa menjadi sarana untuk engkau diutus dan ditemani oleh orang lain, daripada pergi sendirian yang menjadi satu bahaya besar” (Aut. 139). Ini adalah kesempatan emas yang sayang kalau dilewatkan. Claret menerima tawaran itu dengan penuh kerendahan hati. Setelah mendapat persetujuan dari pastor provinsial, dalam sekejap mata Claret pun langsung bergabung ke dalam komunitas Novisiat Serikat Yesus. Menjadi bagian dari Serikat Yesus adalah suatu kekaguman tersendiri bagi Claret, suatu serikat yang dikenalnya raksasa dalam hal kebajikan dan pengetahuan.

Baca juga :  Claret dan Duka Tanah Cuba

Dalam kurun waktu masa novisiatnya, dinamika praktik kehidupan rohani digelutinya dengan sungguh-sungguh tanpa ada satu pun yang terlewatkan. Bahkan dalam kesempatan yang luang, Claret justru menambah porsi waktu doanya. Praktik kehidupan rohani seperti bermati raga, celice dilakoninya secara tulus tanpa putus. Claret selalu merasa bahwa dirinya tidak lebih baik dari orang lain, dia malu dengan kemajuan spiritual rekannya. Menurutnya, rekan-rekannya sangat maju dalam hal kebajikan, sementara dirinya begitu terbelakang (Aut.142). Oleh karena itu, tak henti-hentinya Claret meminta rahmat dari Tuhan untuk membantunya. Segala kesempatan digunakannya sebisa mungkin untuk belajar dan terus belajar dalam mengembangkan kehidupan rohani dan kebajikan-kebajikan dari semua orang, dengan mengandalkan bantuan rahmat Tuhan. Bagi Claret, lebih baik dirinya cukup kurang dalam pengetahuan daripada kurang dalam kebajikan-kebajikan dan kehidupan spiritual.

Baca juga :  Dari Penjara ke Padang Rumput

Kecintaan Claret dalam kehidupan doa, membaca kita suci dan belajar sungguh sangat mendalam, sampai-sampai dia berpikir untuk menyisihkan waktu bermainnya demi melakukan ketiga hal itu. Tetapi sebagai pribadi yang taat pada keputusan atasan, Claret diwajibkan untuk terlibat dalam setiap permainan. Dengan penuh ketekunan dia melakukan segala hal yang baik itu, dan hasilnya Claret sering kali memenangi setiap permainan. Dedikasi diri yang tulus, dan dengan semangat keberimanan yang membara membuat Claret menilai segala keputusan yang diambilnya adalah berkat dari Allah. Kekaguman Claret kepada Bunda Maria juga sangatlah luar biasa. Untaian doa-doa yang dituliskan selama masa novisiat, mengacu pada permohonan kepada Maria untuk senantiasa menyertai dirinya. Sering kali Claret menganggap dirinya sebagai sarana yang hina, tetapi cukup berguna apabila Tuhan menghendaki untuk memakainya. Dia rela menjadi ujung tombak melawan para bidaah yang menyesatkan kembali jiwa-jiwa yang sudah ditebus oleh Yesus. Dengan pendampingan sang bunda tersuci Claret memohon supaya dirinyalah yang dipakai sebagai sarana penyelamatan jiwa-jiwa.

Allah menjadi segala hal di dalam hidup Claret. Jejak misi Claret selalu dipahami dalam rencana kerja Allah. Ketika raganya yang kokoh itu mulai melemah di atas tempat baringan, sekali lagi, rencana Allah ditilik dibalik kesakitannya. Pastor Rektor novisiat mengutarakan kepadanya “Apa yang sedang terjadi padamu tidak alamiah; engkau selama ini selalu senang, bahagia dan sehat, dan justru sekarang, pada hari ini hal baru itu terjadi. Ini membuat saya berpikir bahwa Tuhan menghendaki hal lain dari engkau” (Aut.166). Petualang hidup Claret sebagai misionaris novis di Serikat Yesus terhenti atas kehendak Allah. Hal ini tidak dipandang sebagai suatu kegagalan melainkan ada rancangan hebat dari Allah yang telah dipersiapkan. Sebagaimana diutarakan pemimpin tertingginya “Allah membawa engkau kepada serikat bukan untuk engkau tinggal di dalamnya, tetapi supaya engkau belajar bagaimana memenangkan jiwa-jiwa untuk surga” (Aut.167). Memang benar itulah kehendak Allah bagi Claret. Setelah menggulati spiritualitas hidup rohani yang teramat dalam, ternyata Allah menuntunnya pada rancangan besar yaitu mendirikan kongregasi, yang saat ini gerakan misinya sudah merambak hingga ke 67 negara dilima benua. Allah menarik Claret dari hal yang baik untuk membangun sesuatu yang lebih baik.