Cerai Tegar Hati

Picture by: Tirto.ID

Minggu Pekan Biasa Ke-XXVII

Bacaan Injil: Mrk 10:2-16

Penaclaret.com – Sahabat Pena Claret yang terkasih, bacaan-bacaan suci hari ini sungguh amat menarik untuk direnungkan. Dari bacaan Injil perhatian kita pasti langsung tertuju pada bagaimana Yesus mengecam orang-orang Farisi yang hendak mencobai-Nya. “Justru karena ketegaran hatimulah, maka Musa menuliskan perintah ini untuk kamu!” Apa yang sebenarnya terjadi? Orang-orang Farisi tahu dengan baik apa yang mereka maksud.

Musa memang menyebut soal surat cerai. Tetapi harus diperhatikan dengan baik bahwa Musa menyebut hal itu bukan sebagai peraturan atau hukum yang melegalkan perceraian. Dalam arti tertentu, Musa “terpaksa” berbicara mengenai hal itu karena ketegaran hati bangsa Yahudi sudah sedemikian rupa sehingga situasinya pun sedemikian buruk. Meski tidak sesuai kehendak Allah, praktik perceraian tetap marak terjadi dalam kehidupan bangsa Yahudi. Dengan demikian, Musa sebagai pemimpin kala itu berusaha mencari ‘jalan tengah’ dengan maksud melindungi kaum perempuan sebagai pihak yang lemah dan kalah dalam masyarakat Yahudi.

Baca juga :  Merespons Firman

Para sahabat Pena Claret yang terkasih. Perempuan bisa saja dikatakan sebagai korban utama dalam perceraian. Surat cerai itu melindungi mereka dengan cara melarang suami untuk menikahi kembali istri yang sudah diceraikannya, kalau istri yang diceraikannya itu sudah nikah dengan laki-laki lain. Yesus dengan keras juga menyatakan hal yang sebenarnya, bahwa perceraian itu tidaklah diperbolehkan. Sejak awal manusia menyepelekan tata tertib yang ditetapkan oleh Allah (Kej 1:27). Itulah sebabnya Yesus berbicara tentang ketegaran hati.

Baca juga :  Mencinta Hingga Terluka

Sahabat Pena Claret yang terkasih, apa yang bisa kita pelajari dari Injil hari ini? Pertama, perceraian tidak pernah menjadi kehendak Allah. Sejak awal dunia Allah menghendaki laki-laki dan perempuan menjadi satu kesatuan. Perceraian hanya merupakan salah satu tanda ketegaran hati manusia!

Baca juga :  Pengalaman yang Membahagiakan

Kedua, jika kita ingin sungguh mengimani Yesus, kita mesti hidup mengikuti-Nya secara konsekuen di jalan-Nya. Bukan sikap tegar hati, melainkan iman dan keterbukaan hati kepada kehendak Allah. Selamat berhari Minggu, Tuhan memberkati kita semua.