Buah Jatuh Tidak Jauh dari Pohonnya

Picture By fpscs.uii.ac.id

Jumat Pekan Adven III

Bacaan I         : Kej. 49:2.8-10

Bacaan Injil   : Mat. 1:1-17

PenaClaret.com – Injil hari ini bertemakan keluarga. Yesus bukan hanya sungguh Allah, di dalam itu Dia juga sungguh manusia. Penyebutan silsila Yesus bukan tanpa alasan atau tanpa tujuan. Di samping mau menunjukkan bahwa Yesus adalah keturunan Abraham, Yesus sungguh manusia. Silsila ini mau menunjukkan bahwa apa yang Yesus kerjakan tidaklah jauh dari apa yang dilakukan keluarga terdahulu-Nya. Karena kemanusiaan-Nya, Yesus dididik dengan baik dalam keluarga. Yesus saja mau belajar dari keluarga-Nya, lalu bagaimana dengan kita?

Baca juga :  Malu Bertanya, Sesat di Jalan

Saya ingat pengalaman masa lalu saya ketika masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD). Waktu itu saya mendapatkan peringkat kelas. Dari antara sekian banyak siswa/i saya mendapatkan peringkat 2. Banyak pujian yang saya terima, tidak sedikit yang memuji kedua orangtua saya. Ada yang tidak mengenal saya kemudian bertanya “kamu anak siapa?” Singkat cerita ada sesuatu yang unik dari pengalaman ini.

Di pengalaman lain, saya dan beberapa teman pernah ketahuan mencuri. Kami waktu itu mencuri buah mangga milik orang, yang memang pohon itu berada di kawasan yang tidak dihuni. Setelah kami ditangkap, pertanyaan kedua setelah bertanya mengapa kami mencuri adalah pertanyaan yang sama dengan pengalaman pertama tadi, “kamu anak siapa?”

Baca juga :  Malaikat, Mengajak Memuji Tuhan

Dua pengalaman tadi menunjukkan, bahwa entah itu perbuatan baik atau perbuatan tidak baik sudah pasti orang-orang akan merujuk kepada keluarga. Bagi kebanyakan orang, perbuatan kita adalah representasi dari keluarga. Memang ini ada benarnya, karena orangtua kitalah yang mengajar dan mendidik kita, terlepas dari pengaruh lingkungan, orangtua sekaligus menjadi contoh ideal tindakan-tindakan kita.

Baca juga :  Sekali Sapa, Aku Terpikat

Sobat Pena Claret, kita ini disebut keluarga di dalam Yesus Kristus, Tuhan kita. Melalui Yesus, Bapa mengangkat kita menjadi anak-anak Allah. Apakah kita akan menampakan hal-hal yang tidak baik jika kita disebut keluarga Allah, anak-anak Allah? Apakah kita tidak meras berdosa dengan tidak menampakan perbuatan-perbuatan yang Yesus ajarkan?