Bersyukur dan Memuliakan Tuhan

Picture by WordPress.com

Hari Rabu Pekan Biasa XXXII

Peringatan wajib St. Leo Agung

Bacaan Pertama: Keb. 6:1-11

Bacaan Injil: Luk. 17:11-19

Penaclaret.com – Sahabat Pena Claret yang terkasih, bacaan-bacaan suci pada hari ini sangat menarik untuk kita renungkan. Dalam bacaan pertama, ditampilkan kebijaksanaan Salomo yang menasihati para penguasa agar dapat menjalani kekuasaan dengan bijaksana dan belajar dari ujung-ujung bumi, karena kekuasaan yang mereka miliki berasal dari yang Maha Tinggi (Bdk. Keb. 6:3). Firman Tuhan ini menyadarkan kita akan kekuasaan yang kita miliki. Bahwa kekuasaan yang kita miliki berasal dari Allah.  Karena itu, kekuasaan harus disertai dengan kebijaksanaan.

Dalam kehidupan bersama, tentu kita mempunyai kuasa atas orang lain. Baik dalam keluarga, komunitas, atau pun masyarakat. Namun, Tidak jarang kekuasaan itu membawa kita pada jalan yang salah. Sering kita menyaksikan tindakan yang menggunakan kekuasaan untuk menjatuhkan orang lain dan memenuhi hasrat pribadi.

Baca juga :  Yesus: Anti-Materialis

Kebijaksanaan yang dilukiskan dalam bacaan pertama kiranya sangat jelas. Bahwa kekuasaan adalah milik yang Maha Tinggi. Kita hanyalah abdi. Karena itu, kekuasaan yang kita miliki semestinya digunakan untuk melakukan kehendak Sang Pemilik kekuasaan itu, yakni membantu dan menolong orang lain yang sedang membutuhkan.

Kiranya tindakan Yesus yang ditampilakn dalam bacaan Injil hari ini dapat menjadi rujukan dari anjuran di atas. Lukas, secara tidak langsung, melukiskan bahwa kebijaksanaan Salomo terpenuhi dalam diri Yesus. Yesus memiliki kuasa yang lauar biasa. Namun, kekuasaan yang Ia miliki tidak hanya untuk diri-Nya sendiri. Kekuasaan itu dapat dibagikan kepada mereka yang membutuhkan sebagaimana yang Yesus lakukan atas kesepuluh orang kusta.

Penginjil Lukas melalui bacaan Injil hari ini, mengisahkan sepuluh orang kusta yang datang dan memohon kepada Yesus untuk disembuhkan. Namun, Yesus tak langsung mengindahkan permohonan kawanan malang itu. Ia malah menyuruh mereka pergi, “Pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam-imam” (Bdk. Luk.17:14). Berkat ketaatan, pengaharpan, dan kepercayaan mereka akan kuasa Yesus, meskipun belum disembuhkan, mereka tetap pergi tanpa keraguan. Alhasil, di tengah perjalanan mujizat terjadi; mereka disembuhkan.

Baca juga :  Dipanggil untuk Melayani

Ironisnya, di antara orang-orang kusta yang baru saja disembuhkan itu tidak ada yang kembali untuk bersyukur kepada Yesus, kecuali si Samaria yang dalam kaca mata orang Yahudi dianggap kafir. Ia datang bersyukur sambil memuliakan Allah dengan suara nyaring dan tersungkur di hadapan Yesus (Bdk. Luk. 17: 15).

Sahabat Pena Claret yang terkasih. Orang Samaria ini telah mengajar kita dalam hal iman. Beriman bukan hanya taat dengan apa yang diperintahkan Tuhan, tetapi juga harus bersyukur dengan apa yang kita miliki. Tuhan telah memberikan anugerah yang begitu besar kepada kita. Tuhan telah mewujudkan semua harapan dan impian kita seperti yang dialami oleh sepuluh orang kusta itu. Akan tetapi, dalam kehidupan kita, perilaku seperti sembilan orang kusta yang lain sangat nampak. Kita lupa bersyukur dan berterima kasih.

Baca juga :  Roti Hidup: Bekal Menuju Keabadian

Melalui bacaan suci hari ini kita diajak untuk selalu bersyukur dan memuliakan Tuhan serta menjadi pribadi yang bijaksana. Bersyukur dan memuliakan Tuhan adalah wujud dari iman kita. Dan iman yang kita miliki itulah yang akan membawa kita pada keselamatan. Selamat beraktivitas. Tuhan memberkati.