Belas Kasih Yesus

Allan Lanang

Belas Kasih Yesus
Sumber gambar: ClaretPath.Com

ClaretPath.ComBelas Kasih Yesus

Hari Kamis Pekan Biasa I, 12 Januari 2023

Bacaan I: Ibr. 3:7-14

Bacaan Injil: Mrk. 1:40-45

Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus Tuhan, Sabda Allah hari ini masih melanjutkan narasi-narasi alkitabiah sebelumnya mengenai mukjizat penyembuhan.  Episode pewartaan Yesus yang menyembuhkan orang-orang sakit rupanya belum juga usai. Kisah-kisah penyembuhan kemarin nampaknya hanyalah sebuah introduksi kecil untuk masuk lebih ke dalam karya penyelamatan Kristus. Karya-karya penyembuhan itu, sejatinya mau menunjukkan sikap belas kasih Yesus terhadap siapa saja yang sedang menderita. Berhadapan dengan orang-orang sakit atau menderita, Yesus tidak pernah berpangku tangan. Ia selalu merasa terusik dan tidak pernah sedikit pun menolak setiap orang sakit yang datang memohon pertolongan dari-Nya.

Dalam narasi suci injil hari ini, penginjil Markus menampilkan bagaimana sikap keberanian dari seorang kusta yang datang kepada Yesus dan meminta pertolongan. Permintaan orang kusta itu pun mau menunjukkan bahwa apa yang ia alami itu bukanlah sebuah kutukan. Tentulah ketika kita memposisikan diri kita dalam situasi orang kusta tersebut pastilah kita tidak akan menerima penyakit tersebut. Apalagi penyakit tersebut membuat kita terasingkan dari kalangan kita sendiri, yang menganggap bahwa penyakit kusta itu merupakan sebuah kutukan yang membawa kenajisan bagi mereka.

Baca juga :  Love at First Sight

Permintaan orang kusta itu demikian; “kalau Engkau mau, Engkau dapat mentahirkan aku”, (Mrk. 1:40). Kata ‘mau’ di sini menunjukan bahwa ia sangat membutuhkan belas kasihan Yesus. Ia bahkan memandang dirinya sendiri sebagai seorang yang tidak layak saat berjumpa dengan belas kasihan Tuhan. Mendengar permintaan tersebut, Yesus pun merasa tergerak hati oleh belas kasihan lalu menyembuhkannya. Tindakan Yesus ini mau menunjukkan bahwa siapa pun yang datang pada-Nya tidak akan pernah mengalami penolakan. Rasa ketergerakan hati atau belas kasih Yesus tersebut juga mau menunjukkan kepada kita bahwa, orang kusta itu juga adalah bagian dari diri-Nya. Dia bukanlah orang asing atau orang lain yang tidak kita kenal. Ia pun patut memperoleh keselamatan.

Baca juga :  Inisiatif Allah dan Jawaban Kita

Situasi Batas

Melalui kisah Penyembuhan yang Yesus lakukan terhadap si kusta ini, hal mendasar yang bisa kita pelajari darinya adalah bahwa sikap penyerahan diri yang utuh kepada kuasa Tuhan akan mendatangkan sebuah pertolongan. Orang kusta sangat menyadari betul bahwa penyakit itu adalah sebuah situasi batas dalam hidupnya. Situasi batas itu kemudian memasung dirinya dalam keterasingan. Kesadaran akan keterbatasan diri inilah yang kemudian mendorong si kusta itu untuk datang kepada Yang Tak Terbatas, yakni Yesus Kristus untuk menyembuhkannya. Yesus pun menyembuhkan orang kusta itu. Lalu bagaimana dengan pengalaman kita? Adakah hati kita juga ikut tergerak kepada sesama yang menderita? Atau kepada siapakah kita datang memohon pertolongan setiap saat mengalami situasi batas dalam kehidupan fana kita? Mari kita memeriksa pengalaman hidup kita masing-masing dan semoga rahmat Tuhan memberkati kita sepanjang hari ini. Amin.