Bahasa Kasih Dalam Perbedaan

Kebahagiaan dari Mereka yang Berbeda
Sumber gambar: ClaretPath.Com

Claretpath.Com– Bahasa Kasih Dalam Perbedaan

Hari Kamis Pekan II Masa Prapaskah, 9 Maret 2023

Bacaan I: Yer. 17:5-10

Bacaan Injil: Luk. 16:19-31

Kehidupan manusia selalu diwarnai dengan perbedaan. Perbedaan di satu sisi menghadirkan kebaikan dan keindahan, di sisi lain perbedaan justru menghadirkan kekerasan dan penderitaan. Manusia memiliki kebebasan untuk memilih satu di antara kedua sisi tersebut. Manusia juga terkadang tidak konsisten dalam memilih satu di antaranya. Begitu banyak alasan dan kenyataan hidup yang membuat manusia terjerumus dalam sisi yang tidak baik.

Narasi Injil Lukas yang kita renungkan pada hari ini, sekiranya menampilkan dua tokoh dengan kenyataan hidup yang berbeda. Di satu sisi ada seorang kaya yang selalu berpakaian jubah ungu dan kain halus, dan setiap hari ia bersukaria dalam kemewahannya. Di sisi lain ada seorang pengemis bernama Lazarus, badannya penuh dengan borok, berbaring dekat pintu rumah orang kaya itu. Narasi ini menggambarkan suatu perbedaan yang sangat menonjol.

Baca juga :  Senja yang Jujur l Renungan Harian

Dalam narasi Injil Lukas pada hari ini, Lazarus tampil sebagai orang yang berkenan dan hidup bahagia bersama Bapa di Surga, karena dia telah melewati segala penderitaan sepanjang hidupnya. Sedangkan seorang kaya tampil sebagai seorang yang menderita dalam penghakiman karena dia telah bersukaria sepanjang hidupnya. Hal ini menegaskan bahwa segala sesuatu yang kita lalui sepanjang hidup akan mendapatkan ganjarannya pada saat penghakiman.

Baca juga :  Bahagia Kok Pura-Pura?

Membahasakan Bahasa Kasih

Dunia saat ini diwarnai dengan perbedaan yang oleh sebagian orang dijadikan sebagai alat untuk menindas orang lain. Terdapat jurang yang memisahkan orang kaya dan orang miskin, orang berpendidikan dan orang yang tidak berpendidikan. Perbedaan yang kita alami semestinya menjadi sarana untuk membahasakan kasih. Menjadikan perbedaan sebagai kesempatan untuk menguasai dan bertindak tidak adil kepada sesama adalah suatu jalan menuju kebinasaan. Sementara bila kita menggunakan bahasa kasih dalam setiap perbedaan maka keharmonisan akan mulai bermekaran dengan penuh seni dan damai.

Setiap orang tentu memiiki hak untuk bahagia dan menikmati hidupnya namun orang beriman mestinya memiliki taraf untuk menikmati hidup dengan cara yang berkenan di hadapan Tuhan. Saling berbagi adalah suatu cara menikmati hidup yang mendatangkan sukacita saat ini dan saat penghakiman.

Baca juga :  Sukacita dalam Penantian|Renungan Harian

Sebagai manusia kita tentu memiliki kecendrungan untuk terjerumus dalam dosa. Kesadaran akan kenyataan tersebut merupakan suatu ‘alarm’ bagi kita sebagi umat beriman. Dalam terang bacaan hari ini serta di masa pertobatan, kita sebagai umat beriman terpanggil untuk melihat perbedaan dengan kaca mata kasih agar terlihat harmonis dan menjanjikan sukacita di kehidupan kekal.