Apakah Aku Seorang Hamba yang Baik atau Hamba yang Jahat?

Hamba Yang Baik dan Hamba Yang Jahat
Sumber gambar: ClaretPath.Com

ClaretPath.comApakah Aku Seorang Hamba yang Baik atau Hamba yang Jahat

Hari Kamis Pekan Biasa Ke-XXI, 25 Agustus 2022

  • Bacaan I: 1 Kor. 1:1-9
  • Bacaan Injil: Mat. 24:42-51

Para Sahabat Claret Path yang terkasih; hari ini dalam bacaan Injil Matius. 24:42-51, Yesus memberikan perumpamaan tentang seorang hamba yang baik dan hamba yang jahat. Kedua hamba itu menjadi model bagi pengajaran Yesus. Yesus menggunakan perumpamaan tersebut untuk mengajarkan sikap awas diri terhadap kedatangan Anak Manusia yang tidak terpikirkan. Anak Manusia itu datang dan akan mengangkat martabat hamba yang setia berjaga dan baik serta bijaksana itu atas orang-orangnya. Namun sebelumnya, mari kita menelisik kedua sikap hamba itu.

Hamba Yang Baik

Hamba yang baik selalu bersikap bijaksana. Ia selalu terjaga dalam menantikan waktu kedatangan Anak Manusia. Ia adalah gambaran hamba Allah yang setia dan berpengharapan. Selain itu, dia juga selalu siap untuk melayani tuannya di saat tuannya membutuhkannya. Hamba yang baik selalu bertanggung jawab atas setiap pekerjaannya.

Baca juga :  Takut mati? | Renungan Harian

Hamba Yang Jahat

Berbeda dengan hamba yang jahat. Dalam bacaan Injil Matius hari ini, Yesus mengindentikkan hamba yang jahat dengan seorang pribadi yang munafik. Dia melakukan hal-hal yang baik jika tuannya sedang ada bersama dengan dia. Tetapi jika tuannya tidak ada, dia akan menjadi pribadi yang jahat. Parahnya lagi ialah bahwa ia, bahkan berani memukuli hamba-hamba yang lain, dan makan minum bersama-sama para pemabuk.  

Baca juga :  Hidup Damai

Pertanyaan Reflektif

Saudara-saudara yang terkasih, apa yang muncul di benak kita saat membaca dan membatinkan perumpamaan mengenai kedua hamba itu? Apakah kita berpikir bahwa saya ini adalah hamba yang baik atau hamba yang jahat? Pastinya sebagian orang akan memilih bahwa saya adalah hamba yang baik, dan sebagiannya lagi pasti akan memilih bahwa saya adalah hamba yang jahat. Hal ini juga tergantung bagaimana seseorang merefleksikan kepribadiannya seperti apa.  Memang jika kita berada pada dua pilihan ini, kita agak susah untuk memilih karena dalam kehidupan kita setiap harinya kita terkadang mempunyai dua kepribadian, yakni baik dan jahat.

Saudara-saudara yang terkasih, melalui perumpamaan mengenai hamba yang baik dan hamba yang jahat ini, Yesus sebenarnya ingin mengajak kita untuk menjadi pribadi yang bijak seperti hamba yang baik. Selain itu, Yesus mengajak kita untuk bersikap jujur untuk menilai diri kita sendiri; apakah saya ini seperti hamba yang baik atau hamba yang jahat?   Bila dalam permenungan pribadi, kita mendapati diri sering berperilaku seperti seorang hamba yang jahat, berbalik dan kembalilah pada jalan-Nya. Berbalik dan kembali pada-Nya adalah jalan yang tepat bagi kita untuk menjadi seorang hamba yang baik. Semoga. Amin.