ClaretPath. com– Allah yang Tidak Konsisten
Deisme: Tuhan dan arloji
Ada sebuah aliran dalam filsafat ketuhanan yang namanya deisme. Aliran ini meyakini bahwa Tuhan dan ciptaan-Nya bagaikan pengrajin arloji dan arloji. Setelah membuat arloji, pengrajin tersebut membiarkan arloji itu bergerak sendiri. Pengrajin tersebut tidak lagi membantu menggerakan arloji tersebut.
Aliran ini mencoba memberi jawaban atas pertanyaan, “kalau dunia ini adalah ciptaan Tuhan mengapa ada kejahatan?” Orang-orang deisme akan menjawab Tuhan hanya menciptakan dunia dengan hukum-hukumnya sendiri. Setelah itu dunia berjalan sendiri sesuai hukumnya itu; tanpa campur tangan Allah lagi. Argumen deisme ini kedengarannya sangat logis. Namun sayangnya, apakah memang seperti demikian? Tentu tidak.
Allah tuan atas hukum tata dunia yang konsisten
Akan tetapi ada satu hal yang menarik dari deisme, yaitu Allah adalah pencipta atau tuan atas hukum-hukum dunia ini. Dan hukum-hukum ini bergerak sesuai ketetapan-Nya. Misalnya, karena hukum gravitasi, batu yang dibuang ke atas akan jatuh ke bawah. Hukum-hukum ini hanya bisa dilanggar oleh pembuatnya sendiri. Yah, siapa lagi kalau bukan Tuhan. Nah, dari sinilah kita akan mengerti kejadian aneh yang para murid alami dalam bacaan pertama hari ini.
Bacaan Pertama hari Ini
Ada kisah bahwa para pemuka Yahudi telah menangkap rasul-rasul dan memasukan mereka ke dalam penjarah kota. Akan tetapi malaikat membebaskan mereka. Para pengawal yang datang hendak mengambil mereka menemukan rasul-rasul itu telah pergi. Sementara penjara kota tertutup rapi. Para penjaga pun berjaga di situ. Kemudian mereka menemukan bahwa rasul-rasul itu telah mengajar di bait Allah.
Mujizatkah itu?
Tentu hal itu aneh dan berdasarkan logika manusia tidak masuk akal. Tapi itulah mujizat. Yang terjadi pada mujizat adalah Allah yang bertindak melampaui hukum-hukum tata dunia yang sebelumnya Ia sendiri telah tetapkan.
Allah yang tidak konsisten
Yah, bisa demikia. Allaha melanggar ketentuan-Nya sendiri karena Ia maha kuasa. Ia boleh berbuat semau-Nya. Toh, tidak ada yang bisa melarangnya. Tetapi bukan itu. Ada alasan lain yang lebih fundamental. Ia melakukan demikian karena cinta. Ohh iya, orang bilang “cinta membuat gila.” Itulah yang juga dialami oleh Allah. Karena cintanya kepada manusia dan dunia seutuhnya, Ia bahkan bertindak melawan ketetapannya sendiri, yakni hukum tata dunia yang telah Ia tetapkan sejak penciptaan. Dan itu gila namanya. Gila karena cinta.
Yohanes akan lebih ekstrim lagi. Yohanes bilang, “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan (baca: mengorbankan) Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal (Yoh. 3: 17).”
Mahasiswa Filsafat Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Pengagum absurditas Albert Camus