Kamis Pekan Biasa XXXIII
Bacaan Pertama: 1 Mak. 2:15-29
Bacaan Injil: Luk. 19:41-44
Penaclaret.com – Yerusalem merupakan salah satu kota tua yang sangat bersejarah di dunia. Kota ini terletak di bagian selatan Isreal. Selain tua, Yerusalem menjadi tempat bersejarah untuk tiga agama yaiut Agama Yahudi, Kristen, dan Islam. Tiga agama Abrahamik ini menganggap Yerusalem adalah tempat yang sangat suci. Dari sana, wahyu Allah diejawantahkan. Pada zaman Yesus, Yerusalem menjadi ibu kota dari Kerajaan Selatan. Selain itu, Yerusalem menjadi pusat peribadatan agama Yahudi. Setiap tahun semua penduduk Israel akan ke Yerusalem merayakan paskah.
Sahabat Pena Claret, hari ini kita akan merenungkan tentang Yerusalem dengan merujuk pada bacaan Luk 19:41-49. Kelihatannya, Yerusalem tidak sesuci yang kita pikirkan. Buktinya, Yesus menangisi Yerusalem. Ia perihatin dengan keadaan kota itu karena banyak orang yang melanggar dari aturan hidup yang ada. “Dan mereka akan membinasakan dikau beserta semua pendudukmu. Tembokmu akan dirobohkan dan tiada satu batu pun akan dibiarkan terletak di atas batu yang lain. Sebab engkau tidak akan mengetahui saat Allah melewati engkau” (Luk 19: 43-44).
Tangisan Yesus terhadap Yerusalem bernada ancaman. Sebenarnya ancaman itu hanya untuk menyadarkan orang Israel agar bertobat. Bertobat dari apa? Bacaan injil hari ini mengisahkan tentang Yesus masuk ke Yerusalem. Sampai di bait Allah, Yesus melihat banyak orang yang berdagang. Mereka menjajakan barang dagangan di tempat yang mereka sendiri anggap kudus. Itu membuktikan masyarakat Yerusalem mengingkari kekudusan Bait Allah. Secara otomatis, Allah tidak dihormati. Yesus ingin mereka bertobat dari berbagai macam tindakan tidak berkenan itu.
Pada ayat 42 menegaskan: “Wahai, betapa baiknya jika pada hari ini juga engkau mengerti apa yang perlu untuk damai sejahteramu”. Yesus menekankan kata damai sejahtera. Kata tersebut mendukung makna dari Yerusalem, yaitu “Kota Damai”. Di sini, kita melihat Yesus mengharapkan arti kata damai diejawantahkan dalam kehidupan masyarakat Yerusalem. Damai yang dimaksud, misalnya damai dari kesalahan, damai dari segala bentuk kejahatan dan tindakan kejahatan di berbagai bidang kehidupan, terutama di bidang spiritual. Kata damai itu bisa dicapai hanya dengan bertobat.
Yerusalem adalah personifikasi kita. Artinya, tidak bisa dielak, di dalam diri kita ada spirit Yerusalem zaman Yesus yang diliputi kesalahan. Oleh karena itu, supaya bebas, kita perlu membuat terobosan yang mampu mendobrak dan membongkar personifikasi itu. Caranya tidak lain adalah dengan bertobat. Bertobat adalah satu-satunya cara yang mungkin dan masuk akal untuk dilakukan. Dalam rana ini, kita memenuhi harapan Yesus untuk menjadi orang yang damai seperti harapan-Nya kepada Yerusalem. Semoga hari ini, kita bisa melakukannya di mana saja kita berada. Salam Damai.
Misionaris Claretian yang sedang menempuh pendidikan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.