Semoga Kau Cepat Mati

Picture by: baitsuci.com

Kamis Pekan Biasa XXIII

Bacaan Injil: Luk 6: 27-38

Penaclaret.com – Sahabat Pena Claret yang terkasih. Kemarin saya sempat membaca sebuah story WA dari seorang teman. Dia sepertinya tengah mengekspresikan kekesalannya terhadap seseorang yang barangkali sudah mengkhianati atau menyakitinya. Dalam bahasa Manggarai dia menulis demikian: “Co’om gelang keta rowan hau ta nana”. Kalimat tersebut kurang lebihartinya demikian: “Semoga kau cepat mati bro”. Sebuah doa yang bagi saya unpredictable (tak diduga-duga). Dalam hidup sebagai orang Kristiani tentu ini adalah hal yang salah.

Sebagai orang Manggarai yang paham betul maksud serta pedasnya kata-kata tersebut, saya pun terkejut dan berceletuk dalam hati; “Kok bisa yah, dia setega itu? Berdoa di media sosial, supaya orang cepat meninggal”. Apakah dia gak punya akhlak? Bukankah itu sungguh menyakitkan dan tidak pantas untuk diucapkan? Bukankah itu prilaku setan? Kita tidak diajarkan tuk mengutuki orang lain.

Baca juga:

Ditentukan Sedari Kekal

Tanpa banyak beripikir mengenai hal itu, saya kemudian sadar dan paham, memang kita manusia (tidak semua) itu lebih mudah membenci daripada mencintai. Kita lebih mudah menghakimi daripada mengapresiasi. Kita lebih mudah berbicara yang buruk tentang orang lain daripada berbicara yang baik. Kita lebih mudah mengutuk daripada mendoakannya. Kita lebih senang mencibir daripada memujinya. Apalagi bila kita disakiti atau dikhianati, kita dengan mudah membalas, mengadili, dan bahkan melaknatinya.

Baca juga :  Apakah Kamu Tanah Yang Baik?

Bila kita memperhatikan nasihat Yesus pada Injil hari ini, kita semestinya malu dan  sadar diri bahwa kita sesungguhnya berada jauh dari perintah-Nya. Kita tengah berada di luar jalur yang dikehendaki-Nya. Yesus memerintahkan kita bukan untuk membenci musuh-musuh kita, melainkan mengasihi mereka dan berbuat baik kepada mereka semua. Dia mengajak kita bukan untuk mengutuk dan menghakimi, melainkan berdoa bagi mereka. Jelas perkataan Yesus di sana: “Kasihilah musuhmu dan berbuatlah baik kepada mereka (Luk 6:35)”.

Baca juga:

Obat Hati ala Paus Fransiskus: Diam dan Mendengarkan

Aksennya jelas, di bagian awal dan akhir dari perikop tersebut, kata-kata “mengasihi” dan “berbuat baik” ditekankan. Ini memperlihatkan suatu keseriusan bahwa perintah Yesus itu seharusnya diwujudnyatakan sebagaimana adanya. Sebagaimana dikatakan-Nya juga dalam perikop lain bahwa: “Jangan membalas kejahatan dengan kejahatan, tetapi balaslah kejahatan dengan kebaikan”. Adalah sebuah kelebihan bagi kita jika kita dengan tulus mengindahkan apa yang diamanatkan Yesus bagi kita dalam bacaan Injil hari ini. Semoga Tuhan membantu kita.