Sekat Antara Tuhan dan Manusia | Renungan Harian

Picture by jawaban.com

Kamis, 10 Februari 2022, Pekan Biasa V

Bacaan I         : 1 Raj 11:4-13

Bacaan Injil   : Mrk 7: 24-30

PenaClaret.com – Sahabat Pena Claret yang terkasih, keberimanan kita akan Allah, sering menuntun kita untuk berjumpa secara pribadi dengan Allah dan Perjumpaan itu selalu mengarahkan kita pada sikap percaya. Kita sering mendengarkan adagium “aku akan berjalan dengan iman, meskipun aku tak dapat melihat”. Adagium ini memberi kita gambaran tentang kedua bacaan hari ini.

Dalam bacaan pertama kita melihat Salomo yang tidak berpegang pada perjanjian Tuhan, maka Allah mengoyakkan dan memecah belahkan kerajaannya. Boleh kita katakan bahwa Salomo belum berkomitmen terhadap keberimanannya akan Allah. Hanya karena keinginannya untuk memiliki banyak istri, ia pun taat pada kehendak istri-istrinya untuk berpaling dari Allah, yang telah memberikan takhta kepadanya. Ketidaktaatannya ini sudah tampak ketika ia tidak puas hanya dengan satu istri, ia mau memiliki banyak istri, yang kemudian berpengaruh juga pada ketidaktaatannya terhadap perjanjian Allah.

Baca juga :  Tentang Diri | Renungan Harian

Ia membangun Mezbah-mezbah berhala untuk menyembah Allah lain. Dalam kehidupan keseharian kita, sering juga kita berpaling dari Allah. Kita tidak taat dan mau mengandalkan apa yang kita miliki. Kita tidak sadar bahwa ketidaktaatan kita akan menimbulkan malapetaka untuk diri kita sendiri. Kita sering mendua hati, yang pada akhirnya mengantar kita pada titik keterpurukan hidup kita, yakni kita kehilangan harapan dan jatuh pada sikap cemas dan takut.

Dalam bacaan Injil kita menjupai iman yang sungguh dari seorang wanita Siro-Fenisia. Gambaran iman wanita Siro-Fenisia ini mau menunjukan sikap iman yang mau berjumpah dengan Allah. Hanya dengan mendengar kabar bahwa Yesus datang ke tempat itu, ia langsung menjumpai Yesus dan meminta pertolongan. Oleh karena imannya ini, anak perempuannya pun sembuh dari sakitnya.

Iman wanita Siro-Fenisia ini, bukan hanya sekedar iman biasa, tetapi iman yang mau bergerak menuju perjumpaan dengan Allah. Iman seperti inilah yang dibutuhkan dari kita orang-orang Kristiani. Kita tidak hanya beriman, tetapi juga perlu bergerak untuk menjumpai dia yang kita Imani. Layaknya seperti wanita Siro-Fenisia yang bergerak dari menjumpai Tuhan dan menunjukkan imannya.

Baca juga :  Seperti Rembang Tengah Hari

Apabila kita melihat latar belakangnya atau konteks kehidupan pada zaman itu, konsep keselamatan hanya diperuntukan bagi orang Israel. Oleh karena hal inilah mengapa Yesus mengatakan “biarlah anak-anak kenyang dahulu! Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing”. Tetapi iman si wanita Siro-Fenisia melewati tapak batas yang mengeksklusifkan keselamatan.

Sahabat Pena Claret yang terkasih, dari iman si wanita Siro-Fenisia, kita belajar untuk menata iman kita menjadi lebih dewasa. Kita belajar untuk beriman bukan hanya dalam kata-kata, tetapi juga dalam tindakan.  Kita diajak untuk bergerak melewati batas eksklusifitas keberimanan kita. Mungkin selama ini kita sering menciptakan sekat antara kita dan Allah, yang dampaknya bisa mempengaruhi relasi antara kita dan sesama. Tembok pembatas yang kita ciptakan, akan membuat kita terpisah dari Allah dan menjauh dari sesama.

Baca juga :  Menjadi Manusia yang Tahu Diri | Renungan Harian

Saudara-saudari sahabat Pena Claret yang terkasih, pada hari ini kita semua diajak untuk bertindak menurut iman, dan menjumpai Allah dengan iman. Kita juga diajak untuk bergerak menjumpai Allah, dengan penuh kepercayaan, bahwa Allah sanggup mengubah kita. Ia juga mampu menghilangkan sekat pemisah antara kita dan Dia. Oleh karena itu, mari kita dengan penuh keyakinan, mulai bergerak dan menjumpai dia secara personal dalam keseharian hidup kita dan terus mengandalkan-Nya. Semoga Tuhan membantu kita.