Pikulah Kuk dan Belajarlah

By. Fr. Rikar, CMF

ClaretPath.com

Pikulah Kuk dan Belajarlah

Bacaan pertama: Yes. 40:25-31

Bacaan Injil: Matius 11:28-30

Seorang filsuf klasik Yunani yang bernama Aristoteles mencetuskan suatu konsep etika yang seringkali disebut sebagai eudemonisme, sebuah istilah yang terbentuk dari kata eudaimonia. Dalam kerangka etika ini, Aristoteles menyampaikan pandangannya bahwa dalam perjalanan hidup ini, manusia memiliki dua tujuan yang senantiasa melekat pada eksistensinya. Dua tujuan tersebut adalah tujuan sementara (temporal) dan tujuan akhir atau final (eudaimonia). Kedua tujuan ini memiliki makna yang berbeda; baik dalam pelaksanaan maupun hasilnya. Tujuan temporal dianggap sebagai penghubung antara manusia dengan tujuan akhir hidupnya, yaitu kebahagiaan. Sementara itu, pada tujuan akhir, manusia telah mencapai tingkat di mana ia tak lagi mencari makna hidup, karena segala sesuatu telah terpenuhi.

Baca juga :  Dengan Kewajibanmu, Kamu akan Mendapatkan

Namun, untuk mencapai tujuan final tersebut, manusia perlu responsif dalam menghadapi setiap realitas kehidupan sehari-hari; baik itu pengalaman yang membahagiakan maupun pengalaman hidup yang menantang. Berani menanggung setiap konsekuensi dari tindakan yang diambil merupakan titik awal bagi manusia untuk menemukan kebahagiaan, harta terindah di penghujung perjalanan hidupnya. Kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam hidup seharusnya tidak dianggap sebagai malapetaka yang menakutkan, melainkan sebagai bagian dari fondasi dasar agar kehidupan yang dijalani benar-benar berakar dan pada akhirnya menghasilkan buah kebahagiaan.

Baca juga :  Tertawa!

Bacaan Injil pada hari ini menggambarkan secara menarik ajakan Yesus kepada semua orang yang lemah dan letih untuk selalu bergantung pada-Nya dalam kehidupan. Seruan Yesus yang berbunyi, “Pikulah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati, dan jiwamu akan mendapat ketenangan,” merujuk pada pengalaman-pengalaman pahit yang dialami oleh orang beriman sebagai konsekuensi dari pengikutannya yang tulus kepada sosok Yesus. Meskipun kuk tersebut sulit, namun pada akhirnya melahirkan sukacita yang begitu mendalam. Ungkapan “di ujung jalan ada rotan” mungkin menjadi metafora yang tepat bagi semua pengikut Kristus, karena walaupun menghadapi banyak kesulitan dalam menyebarkan ajaran Kristus, sukacita keselamatan dan kebersamaan dengan Allah menjadi pahala yang layak dinikmati.

Baca juga :  Pengajaran Yesus dan Para Ahli Taurat

Semoga melalui bacaan suci hari ini, kita semakin berani mengarungi kehidupan ini, meskipun dihadapkan pada berbagai tantangan sulit. Eudaimonia, yang dalam perspektif Kristiani diartikan sebagai keselamatan, menjadi harapan bagi semua sahabat Claretpath untuk mencapai tahap itu. Amin.