Pesta Maria Mengunjungi Elisabet

Hari ini Gereja Katolik merayakan Pesta Maria Mengunjungi Elisabet. Renungan hari ini pun mengangkat judul yang sama. Karena itu, semoga ikon di atas memantu kita untuk memahami pesan renungan ini.
Pesta Maria Mengunjungi Elisabet. Picture by fraterxaverian.org

ClaretPath.comPesta Maria Mengunjungi Elisabet

Hari Jumat, 31 Mei 2024, Pekan Biasa VIII

Bacaaan Injil: Lukas 1:39-56

Dalam bacaan Injil Lukas 1:39-56, kita membaca kisah Maria yang mengunjungi saudarinya, Elisabet. Kisah ini tidak hanya menggambarkan pertemuan dua wanita suci yang penuh sukacita dan pujian, tetapi juga mengandung banyak pelajaran berharga yang relevan untuk kehidupan kita sehari-hari.

Maria Teladan Kasih

Pertama, kita melihat teladan Maria yang penuh kasih dan peduli terhadap saudarinya. Meskipun dia sendiri sedang mengandung Yesus, Maria memutuskan untuk melakukan perjalanan jauh untuk mengunjungi Elisabet, yang juga sedang mengandung. Tindakan Maria ini mencerminkan cinta kasih yang tulus dan kepedulian terhadap orang lain, sebuah nilai yang sangat penting dalam kehidupan kita sehari-hari. Dalam masyarakat modern yang sering kali sibuk dan individualistis, tindakan Maria mengingatkan kita akan pentingnya meluangkan waktu untuk membantu dan mendukung orang-orang di sekitar kita.

Baca juga :  Spasi Misteri | Renungan Harian

Selain itu, kisah ini juga menyoroti pentingnya kebahagiaan bersama dan rasa syukur. Ketika Elisabet mendengar salam Maria, bayi dalam kandungannya melonjak kegirangan. Elisabet yang penuh Roh Kudus mengakui dan memuji Maria karena telah mempercayai janji Tuhan. Di sini, kita belajar tentang kekuatan dari saling menguatkan dan bersukacita dalam berkat yang orang lain terima. Ini adalah panggilan untuk merayakan kebahagiaan dan kesuksesan orang lain tanpa rasa iri atau cemburu.

Pemikiran ini dapat kita kaitkan dengan pandangan Martin Buber, seorang filsuf Yahudi yang terkenal dengan konsep “Aku-Engkau.” Buber menekankan pentingnya hubungan antar manusia yang otentik dan sejati, di mana kita melihat dan menghargai orang lain sebagai pribadi yang berharga. Dalam konteks pertemuan Maria dan Elisabet, kita melihat hubungan “Aku-Engkau” ini secara jelas, di mana kedua wanita saling mengakui kehadiran ilahi dalam diri masing-masing dan bersukacita bersama.

Baca juga :  Merintis Jalan Keselamatan

Meniru Maria yang renda hati

Lebih jauh lagi, refleksi ini juga dapat kita hubungkan dengan pemikiran Mahatma Gandhi, seorang aktivis perdamaian dan kemanusiaan. Gandhi selalu menekankan pentingnya tindakan cinta kasih dan pelayanan kepada sesama. Seperti Maria yang dengan rendah hati melayani saudarinya, kita juga hendaknya mengamalkan prinsip pelayanan dalam kehidupan sehari-hari kita. Memberikan bantuan tanpa pamrih kepada mereka yang membutuhkan.

Baca juga :  Identitas dan Mayoritas Buas | Renungan Harian

Pesan Pesta Maria Mengunjungi Elisabet

Akhirnya, Magnificat yang Maria ucapkan (Luk 1:46-55) adalah pernyataan iman dan pujian yang kuat kepada Tuhan. Maria memuliakan Tuhan atas karya-karya besar yang dilakukan-Nya dan atas perhatian-Nya kepada yang rendah hati. Ini mengingatkan kita untuk selalu bersyukur dan memuji Tuhan dalam segala situasi hidup kita, baik dalam suka maupun duka. Dengan meneladani Maria dan Elisabet, serta mengaitkannya dengan pemikiran tokoh-tokoh seperti Martin Buber dan Mahatma Gandhi. Kita diajak untuk menjalani hidup yang lebih penuh kasih, peduli, dan bersyukur dalam hubungan kita dengan Tuhan dan sesama.