Seumpama, Supaya Dekat

Picture by: Sesawi.net

Selasa Pekan Biasa XXX

Bacaan Injil: Luk 13:18-21

Sahabat Pena Claret yang terkasih. Saya mempunyai keyakinan, bahasa setiap manusia itu terbatas. Dalam menjelaskan sesuatu, ada kemungkinan bahwa apa yang kita jelaskan membuat orang lain susah memahami, sulit dicerna, tidak sampai pada maksud dan merasa asing dengan apa yang kita katakan. Misalnya, seorang dari Benlutu menceritakan keindahan pantai Oetune -salah satu pantai di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), NTT-, dengan mengatakan, pantai Oetune seperti gurun Sahara di utara Afrika. Sekilas mereka yang pernah tahu dan melihat gambar gurun Sahara akan langsung membayangkan keindahan pantai Oetune. Gurun Sahara memudahkan orang mengenal pantai Oetune.

Sahabat Pena Claret yang terkasih. Bacaan Injil hari ini berbicara mengenai perumpamaan tentang biji sesawi dan ragi. Kita menyadari bahwa perumpamaan tidak secara keseluruhan menjelaskan apa yang dimaksudkan oleh sang pembicara. Perumpamaan hadir untuk membantu lawan bicara merasa dekat dengan hal yang dibicarakan. Merasa tidak terasing dari topik pembicaraan. Perlu diingat bahwa kata ‘seumpama’, ‘seperti’ menekankan adanya kemiripan yang sangat dekat tetapi tidak pernah sama persis. Kerajaan Allah bukan biji sesawi, juga bukan ragi. “Ia seumpama biji sesawi (Luk 13:19). Ia seumpama ragi yang diambil seorang perempuan dan diadukkan ke dalam tepung terigu tiga sukat sampai khamir seluruhnya” (Luk 13:21).

Baca juga :  Jejak Langkah | Renungan Harian

Dalam meyampaikan kabar baik Kerajaan Allah, salah satu cara yang dipakai Yesus adalah perumpamaan. Hal ini membantu para pendengar-Nya mudah memahami maksud Yesus. Perumpamaan yang dipakai oleh Yesus pun diangkat dari hal-hal sederhana yang dekat dengan kehidupan pendengar-Nya. Berhadapan dengan para petani dan pekebun, Yesus mengumpamakan Kerajaan Allah dengan biji sesawi dan ragi. Poin yang ditekankan Yesus adalah Kerjaan Allah memberi pengaruh besar bagi kehidupan banyak orang. Kerajaan Allah merambat semua segi kehidupan manusia.

Baca juga :  Apakah Aku Seorang Hamba yang Baik atau Hamba yang Jahat?

Selain mengingatkan kita tentang Kerajaan Allah yang menjadi tujuan hidup kita, Yesus mengajarkan cara bagaimana mendaratkan konsep-konsep besar kepada orang-orang kecil. Sederhananya menggunakan bahasa yang sesuai dengan konteks yang dihadapi. Bahasa, pilihan kata yang dekat dengan pendengar sangat membantu mereka memahami dan menghidupi pesan yang disampaikan dalam hidup harian mereka. Biji sesawi dan ragi yang dipakai Yesus sebagai perumpamaan adalah bahasa yang sesuai konteks.

Baca juga :  Dengan Kewajibanmu, Kamu akan Mendapatkan

Sahabat Pena Claret yang terkasih. Perumpamaan yang diangkat dari hal-hal yang familiar dengan kita membantu dengan mudah memahami maksud atau pesan yang disampaikan. Perumpamaan mempermudah penyampaian pesan. Biji sesawi dan ragi tidak bisa secara utuh mewakili Kerajaan Allah. Ada hal yang sama antara biji sesawi-ragi dengan Kerajaan Allah yakni yang dianggap kecil memberi pengaruh besar. Biji sesawi, sekalipun kecil dapat tumbuh menjadi pohon dan burung-burung bersarang di cabang-cabangnya. Ragi ketika diaduk akan memberi pengaruh besar kepada tepung terigu tiga sukat. Tuhan memberkati.