Dengan tindakan-tindakan seperti seorang pesulap, seorang misionaris memberi teladan kepada umat yang dilayaninya. Hal itu akan membantu dia dalam misi yang dijalankan. Dia menjadi pesulap untuk menunjukkan Kristus kepada orang lain. (PenaClaret.com, 09 Oktober 2021, Rio Nahak).
Pater Claret dilihat sebagai pesulap yang dengan caranya yang tidak biasa memperkenalkan Yesus Kristus. Kita mungkin sudah tahu kalau seorang pesulap adalah seorang pekerja keras. Seni-seni pertunjukkan yang mereka tampilkan membutuhkan latihan yang intens. Claret pun demikian, cara-caranya yang unik dalam mewartakan Kristus bukanlah sebuah magis atau sihir belaka, tetapi semua merupakan hasil dari ketekunannya dalam berlatih, berlatih dalam kebajikan-kebajikan.
Kesopanan
Claret menyadari bahwa seorang misionaris berkarya di hadapan Allah, malaikat-malaikat dan di hadapan manusia. Kesopanan sangat dibutuhkan oleh karena kesadaran itu. Dalam berkotbah Claret selalu menghindari segala macam gerak yang mengindikasikan sebuah ejekkan, lelucon, dan tindakan-tindakan yang bernada tidak sopan lainnya.
Pater Claret selalu bertanya dalam dirinya ketika ia hendak melakukan sesuatu, bagaimana Yesus melakukan ini, bagaimana Yesus melakukan itu? Semuanya ingin dia pelajari dari Sang Guru utama. Kesopanannya pun disadari oleh Pater Claret sebagai bantuan dari Allah sendiri.
Mati Raga
Kesopanan membutuhkan kebajikan yang lain. Pater Claret menyadari bahwa mati raga adalah kebajikan lain yang dibutuhkan oleh kebajikan kesopanan. Ia melihat bahwa kesenangan-kesenangan duniawi menghalanginya mempraktekkan kebajikan kesopanan. Maka ia sangat membutuhkan kebajikan mati raga untuk menyempurnakan kesopanan dalam pelayanan.
Dengan mati raga, Claret coba mengendalikan indera-inderanya; pengelihatan, penciuman, peraba, perasa, dan pendengaran, semuanya di bawah kendali mati raga. Orang mungkin bepikir bahwa ini sangatlah keterlaluan, tetapi Claret tidak. Dia ingat dengan ungkapan St. Yohanes dari Salib; jika ada yang mengatakan dia sempurna tanpa praktik mati raga lahiriah, janganlah percaya kepada dia.
Cinta kepada Allah dan Sesama
Cinta bagi semua orang merupakan unsur penting dalam kehidupan sehari-hari. Relasi dengan diri sendiri (cinta diri), relasi dengan sesama (cinta relasi), dan kepada Allah (cinta spiritual) adalah tiga hal penting yang ditekankan oleh Pater Claret. Baginya cinta inilah unsur penting bagi seorang misionaris Allah.
Cinta bagi seorang misionaris adalah api yang berkobar di dalam diri. Kobaran inilah yang mendorong seorang misionaris untuk memenuhi misinya. Dari begitu banyak pengalaman Gereja, para pengkhotbah yang baik adalah para pecinta yang hebat.
Misionaris Claretian. Menempuh pendidikan Filsafat di Universitas sanata Dharama Yogyakarta.