Meninggalkan Isabel

Penaclaret.com – Perjumpaan itu meyenangkan. Dalam perjumpaan kita bisa saling berbagi, berbagi kisah, berbagi harapan, dan berbagi cinta dalam wujud yang tidak dibatas. Dalam perjumpaan kita juga saling belajar, belajar untuk merajut cinta. Tidak jarang banyak orang gagal dalam tahap ini, entah karena cinta bertepuk sebelah tangan atau ada pihak ketiga.

Sejak awal hubungan mereka tidak ada tanda-tanda untuk bersatu selamanya, tetapi bukan berarti mereka tidak saling cinta. Walaupun dirinya tidak suka berada di istana, Claret tidak pernah lari dari tanggung jawab. Sejak pengangkatanya pada 5 Juni 1857, ia selalu ada bersama dengan Isabel kecil yang pada saat itu masih berumur 5 tahun. Sejak itu Claret menaruh perhatian lebih kepadanya. Ia selalu memberi pelajaran agama  baginya, menerima pengakuan sejak umur 7 tahun, mengadakan ret-ret setiap tahun, dan masih banyak hal lain yang dilakukan. Claret sendiri mengakui bahwa dirinya adalah dosen agama dan moral bagi Isabel.

Berani mencintai berarti berani untuk mengorbankan apa saja termasuk yang paling kita sayangi. Walupun dirinya ingin terbang bebas, berkelana untuk misi umat, Caret mengurung niatnya dan tetap ada untuk Isabel. Ketika Isabel berhadapan dengan masalah seperti diperalat oleh partai politik oposisi, Claretlah salah satu tempat curahan hatinya. Untuk sekarang Claret sungguh memberi hidupnya bagi Isabel.

Baca juga :  Tercabut dari Mesin-mesin Tenun

Isabel sungguh beruntung mendapat orang seperti Claret. Bersama Claret ia sungguh merasa artinya dicintai. Ketika dirinya merasa terancam, Claret hadir sebagai pelindungnya. Ketika hatinya dipenuhi oleh beban, Claretlah yang menjadi teman curhatnya. Claret juga tidak jarang mendoakan kesejahteraan dan keluarganya.

Kisah cinta itu tidak selalu mulus. Dia pasti menemukan kerikil kecil yang membuatnya jatuh. Kehadiran orang ketiga adalah salah satu alasanya. Dengan segala cara mereka melancarkan serangan untuk mencapai tujuan pribadi. Mereka tidak pernah memikirkan apa yang akan terjadi terhadap korban. Tujuan pribadi lebih diprioritaskan. Itulah gambaran kejahatan.

Demikianlah yang terjadi dengan kisah cinta Claret dan Isabel.

“Claret mundurlah,” suara yang didengarnya pada 17 juli 1865, jam 7.00 pagi.

Suara tersebut menjadi tanda awal kisah baru mereka. Sebelumnya Claret telah berusaha keras untuk membendung keinginan Isabel sebagai pemegang kerajaan spanyol, yakni dengan menyetujui dan menandatangani pencaplokan sebagian besar wilayah Vatikan oleh Kerajaan Italia. Sebagai guru, Claret memiliki pandangan yang sangat luas. Dia memberitahukan segala kosekuensi yang terjadi jika Ratu melakukannya. Rupanya Claret berhasil membujuk hati Isabel. Saimpai-sampai Isabel sempat bersumpah untuk turun dari tahta atau mati terlebih dahulu jika menyetujui perbuatan itu.

Baca juga :  Ngomong Doang

Perjuangan pihak ketiga tidak pernah berakhir. Mereka sungguh-sungguh berusaha keras untuk menyukseskan rencana jahat mereka. Maka dengan motif penipuan dan ancaman, mereka akirnya berhasil memisahkan kedua insan ini.

Pada bulan Juli Claret meninggalkan Isabel. Dengan rintihan, keluhan, dan tangisan Isabel meminta supaya Claret tetap ada bersamanya di istana. Akan tetapi, Claret tetap memilih untuk pergi. Bagi Claret kebersamaan selama kurang lebih delapan tahun telah cukup baginya. Dia telah mengorbankan banyak hal baik dari segi ekonomi, waktu, tenaga, bahkan yang terakhir adalah martabat dirinya yang kerab menerima hujatan-hujatan. Bukan mengkhianati, tetapi agar tidak terjadi hal-hal yang lebih buruk, ia meninggalkan Isabel lalu pergi ke Vic.

Baca juga :  Di Balik Tembok Istana

Cinta yang pernah berlabuh di hatinya masih terpatri. Rasa rindu terus muncul. Pada 20 Juli 1865 dari San IIdefonso Isabel menuliskan sebuah surat untuk Claret. Isinya tidak lain adalah permintaannya agar Claret berada di Valladolid dan menemani mereka untuk pergi ke Zarauz. Untuk itu, ia juga meminta untuk berdoa kepada Perawan Maria dan Allah agar mejaga mereka terutama bagi raja yang pada saat itu sedang sakit.

Untuk menanggapi surat panggilan dari Isabel, Claret tidak mau membuat keputusan sendiri. Atas dorongan pemimpin tertinggi kongregasi, ia bersama keempat penasehat kongregasi dan atas bimbingan Allah berkumpul bersama untuk mengambil keputusan. Dari mereka ada tiga orang yang memutuskan untuk tidak kembali, dan ada dua yang memutuskan supaya kembali. Untuk menghargai suara mayoritas, Claret memutuskan untuk tidak kembali.