Memupuk Iman Melalui Relasi Dengan Tuhan

Sabtu Pekan Biasa XVIII

Bacaan Injil: Mat 17:14-20

PenaClaret.com – Sahabat Pena Claret yang terkasih, mungkin sebagian dari kita tidak asing dengan sosok pastor Henry Nouwen, salah seorang penulis rohani terkemuka. Dia menegaskan bahwa kesendirian itu mutlak perlu untuk kehidupan iman. Kesendirian yang dimaksudkan bukan sebagai kesepian yang menyiksa melainkan sebagai keheningan yang bermakana. Dalam hal ini kesendiarian diawali dengan menyediakan waktu dan tempat secara khusus untuk Tuhan.

Baca Juga :

Adakah yang lebih indah dari kenyataan bahwa Tuhan mengasihimu setiap hari?

Aku Momang Ite

Hal tersebut selaras dengan perkataan Yesus, ketika murid-murid-Nya bertanya tentang alasan mengapa mereka tidak dapat mengusir setan dari seorang anak muda yang sakit ayan. Di bagian akhir perikop ditegaskan bahwa jenis setan yang terdapat dalam diri anak muda itu hanya dapat diusir dengan berdoa dan berpuasa.  Kedua syarat tersebut menjadi sepasang sayap yang tidak dapat dilepaspisahkan antara satu dengan yang lain.

Baca juga :  Iman Kita Menyelamatkan Orang Lain

Melalui doa kita diajak untuk membangun relasi dengan Tuhan dan memberikan waktu dan tempat yang luas untuk berjumpa dengan-Nya. Sedangkan melalui puasa kita diajak untuk senantiasa bermatiraga dan tidak mengangkat kepala dengan setiap pencapaian yang kita peroleh. Berdoa dan berpuasa turut membawa kita pada sebuah kesadaran bahwa kuasa yang bekerja melalui diri kita adalah kuasa Tuhan sendiri. Kita pun diundang untuk membiarkan kehendak Tuhan bekerja atas setiap karya dan usaha yang kita lakukan. Dengan demikian tidak ada hak bagi kita untuk memegahkan dan memuliakan diri kita sendiri.

Baca Juga :

Kasih: Tolerasi dan Solidaritas

Ke Persimpangan-Persimpangan Jalan

Sahabat Pena Claret yang terkasih. Tuhan telah menanamkan benih iman dalam diri kita tetapi hanya orang-orang yang mau menyirami dan memeliharannya saja yang akan merasakan dan menikmati bagaimana imannya bertumbuh menjadi besar. Iman akan berkembang dan bertumbuh dengan baik ketika kita terus menerus membangun relasi yang mesra dengan Kristus. Relasi tersebut akan tetap terjaga apabila kita menyadari bahwa hidup kita tergantung kepada-Nya.

Baca juga :  Suara Hati Tumpul Karena Terbiasa Abai

Yesus pun mengatakan bahwa sesungguhnya iman yang dibutuhkan untuk melakukan kehendak Bapa adalah iman yang kecil seperti biji sesawi. Iman yang senantiasa mengadalkan dan bergantung pada Tuhan bukan pada kekuatan kita sendiri. Kita dapat mengatakan bahwa iman adalah kemesraan yang penuh cinta dan membawa kita pada pengetahuan dan pengertian yang lahir dari relasi kita dengan Tuhan.    

Para murid adalah orang-orang yang selalu ada bersama dengan Yesus dan menyaksikan setiap mukjizat yang dilakukan-Nya. Mereka juga telah mengalami sendiri bagaimana kuasa Tuhan bekerja atas diri mereka sehingga mereka turut menyembuhkan orang yang sakit. Akan tetapi, dalam perjalanan iman mereka tetap mengalami peristiwa jatuh bangun. Kita tentunya, pernah mengalami hal yang sama seperti yang dialami para murid. Pada saat tertentu kita mengalami keyakinan iman yang kuat dan teguh. Bahkan kita bertekad untuk memberikan diri sepenuhnya untuk mengikuti dan melayani Tuhan. Akan tetapi, ada saatnya juga kita sungguh-sungguh merasa lemah tak berdaya. Di tengah situasi tersebut, satu hal yang tidak boleh kita lupakan adalah selalu mendekatkan diri dengan Tuhan. Menjadikan Dia sebagai kekuatan yang pertama dan utama dalam hidup kita.

Baca juga :  Mukjizat Terjadi Ketika Kita Berkorban

Tuhan memberkati kita.