Opini  

Melihat Masa Lalu NTT Perspektif Etnomusikologi

Melihat Masa Lalu NTT dari Belanda

masa lalu NTT
Gambar: Flyer Seminar tentang Budaya NTT yang Dibawakan oleh Barbara Titus, Etnomusikolog Asal Belanda

ClaretPath.com – Ada yang mengatakan masa lalu yang telah berlalu biarlah berlalu dan mari fokuskan diri untuk masa depan. Pendapat ini sangat futuristik di mana masa depan menjadi objek utama dalam pencarian hidup.

Pada Sabtu (30 Juli 2022) bertempat di Taman Budaya NTT, seorang Etnomusikolog asal Belanda bernama Barbara Titus berbicara tentang kekayaan musik daerah serta gambar dan audiovisual yang direkam dan dipotret oleh Jaap Kunst pada sekitar 1919-1934 di seluruh wilayah Hindia Belanda.

Pembicaraan menjadi menarik sebab ada beberapa alat musik NTT yang diperlihatkan namun saat ini tidak lagi ditemukan di daerah asal musik itu diambil. Gambar-gambar dan video serta rekaman audio yang dipresentasikan merupakan warisan kekayaan kebudayaan NTT yang telah hilang dan kini terarsip rapi di Museum Nasional Belanda. Ada satu perasaan yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata sebab gambar dan video yang dari masa lalu di zaman kolonial sungguh sendu rasanya saat ini.

Baca juga :  Neoliberalisme, Krisis Multidimensi, dan Signifikansi Transformasi Paradigma Pembangunan

Kuliah umum ini turut melibatkan Dinas Pendidikan & kebudayaan NTT. Visi utama adalah bagaimana bisa mendapat respons pemerintah untuk koleksi kenangan masa lalu NTT di dalam museum demi kepentingan masyarakat NTT. Sebab koleksi-koleksi ini sudah tercabut dari akar peristiwa di mana alat musik ini dipotret hampir 100 tahun yang lalu.

Kuliah umum ini berlangsung alot dan dimoderasi oleh Ragil Sukriwul yang dihadiri oleh kurang lebih 50 peserta yang kebanyakan adalah pemusik serta pencinta sejarah. Dari kalangan orang muda, khususnya kaum Milenial terlihat kurang sebab berbicara tentang sejarah dan arsiparis, tidak banyak yang tertarik.

“Ini merupakan koleksi dari seluruh kepulauan Nusantara hampir 100 tahun Lalu, yang masih tersimpan rapi di Universitas Amsterdam dengan rincian video 300 lebih dan 7000 foto. Ada 10.000 surat yang berkaitan dengan Hindia Belanda Timur (Indonesia) dan juga Hindia Belanda Barat (Kepulauan Karibia Amerika Latin)” ungkap Barbara Titus saat mempersentasikan hasil penelitian Jaap Kunst 1919-1934.

Baca juga :  Natal untuk Persaudaraan Kita || Refleksi

Sekilas tentang Etnomusikologi

Tentang etnomusikologi, dahulu di Eropa hanya diteliti oleh kaum bangsawan. Penelitian musik terjadi hanya dari belakang meja tanpa berada di lokasi musik itu berada. Namun penelitian tentang musik berubah ketika untuk pertama kalinya Jaap Kunst melakukan penelitian di lokasi. Alhasil, ia menemukan banyak musik daerah serta nyanyian dan tariannya, lalu ia abadikan dalam rekaman gambar dan video yang pada hari ini dipresentasikan Ibu Barbara Titus, seorang Dosen di Universitas Amsterdam.

Ada satu pertanyaan yang dilontarkan oleh Barbara Titus ketika melihat kekuasaan musik di Eropa. Mengapa manusia di seluruh dunia membuat dan menikmati musik? Pertanyaan ini tidak ada jawabannya dalam perkuliahan umum tersebut. Namun ada satu kebanggaan tersendiri bagi kita orang Indonesia di mana Orang Belanda sendiri kembali mencari kita untuk menunjukkan kekayaan musik daerah kita yang direkam hampir 100 tahun lalu.

Baca juga :  Kok Ada Baptisan Bayi?

Etnomusikologi lahir dari peradaban zaman Fajar Budi yang terjadi abad XVIII di Eropa. Para etnomusikolog berusaha untuk memindahkan objek musik ke dalam subjek penikmat dan pemilik musik tersebut dengan cara dan perspektif akademik yang lebih modern sehingga musik menjadi sajian yang menghibur bagi semua orang.