Oleh: Firminus Deo, CMF*
Setiap insan beriman tentunya mengenal doa. Doa menjadi penting bagi manusia demi memperoleh keselamatan dan kesejahteraan. Doa sering didefinisikan sebagai saat di mana kita berbicara dengan Tuhan, saat kita berjumpa dari hati ke hati bersama Tuhan. Ada juga yang mengatakan bahwa doa adalah sebuah harapan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) doa didefinisikan sebagai permohonan (harapan, permintaan, pujian) kepada Tuhan. Sedangkan berdoa berarti mengucapkan (memanjatkan) doa kepada Tuhan. Doa seringkali dimengerti sebagai sarana untuk mengalami kasih Allah dan menghayati kesatuan dengan Allah.
Bagi seorang misionaris Claretian, doa merupakan salah satu karisma khusus dalam Gereja. Doa menjadi unsur hakiki dalam menjalani panggilan sebagai seorang misionaris. Doa juga menjadi metode pengajaran yang sangat baik untuk mengidentifikasikan diri dengan karisma Kongregasi, sekaligus kembali memperteguh pengabdian kepada Kongregasi. Sebagai pengikut Kristus tentu semua orang dipanggil untuk selalu berdoa. Misionaris Claretian memandang bahwa doa merupakan sebuah keharusan dalam hidupnya. Doa menjadi motor penggerak kehidupannya, sebab dengan doa ia akan menyatu dengan Kristus yang telah mengajarnya untuk berdoa.
Santo Antonius Maria Claret (Pendiri Kongregasi Para Misionaris Claretian) mempraktekkan kehidupan doa sejak ia masih kanak-kanak (Aut. 8-9). Pada usia 10 tahun dia telah menemukan suatu persahabatan yang intim dengan Tuhan dalam Ekaristi (Auto. 40). Baginya doa menjadi kekuatan dalam panggilannya untuk melayani Tuhan. Dalam mendefinisikan doa, ia mengatakan bahwa doa adalah saat di mana kita mengarahkan hati dan budi kepada Tuhan, memohon kebaikan Tuhan, mensyukuri segala kebaikan yang kita terima. Doa juga merupakan kesempatan untuk mengkonsekrasikan diri sepenuhnya kepada Tuhan serta keinginan dan usaha untuk mengetahui, mencintai dan melayani Tuhan.
Claret merasa terdorong untuk bekerja demi kemuliaan Allah yang lebih besar dan keselamatan jiwa-jiwa. Baginya sarana yang paling cocok dan tepat untuk menghasilkan banyak buah dalam bekerja demi kemuliaan Allah dan keselamatan jiwa-jiwa adalah doa. Dalam misinya ia menyadari bahwa doa menjadi sarana yang paling baik untuk memperoleh pertobatan para pendosa, ketekunan orang-orang saleh, dan bantuan bagi jiwa-jiwa di api penyucian (Auto.264).
Doa merupakan perintah Allah yang disertai juga dengan janji Allah. Allah yang memerintah untuk berdoa dan Allah jugalah yang berjanji untuk mengabulkan doa dan permohonan setiap orang yang berseru kepada-Nya. Hal ini dipertegas oleh pemazmur, “Berserulah kepadaKu pada waktu kesesakan. Aku akan meluputkan engkau dan engkau akan memuliakan Aku” (Mzm. 50:15). Penginjil Matius juga mengatakan dengan berdoa kita akan memperoleh berkat dari Tuhan. “Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan kepadamu. Karena setiap orang yang meminta, menerima, dan setiap orang yang mencari, mendapat, dan setiap orang yang mengetuk, baginya pintu dibukakan” (Mat. 7:7-8).
Claret mengatakan doa merupakan sebuah sarana yang dia pakai untuk menghasilkan banyak buah dalam misi mewartakan kerajaan Allah. Sebagai orang beriman kita meminta atau memohon sesuatu kepada Tuhan tentang apa yang kita butuhkan. Ketika berdoa, di saat yang bersamaan kita mau menunjukkan ketidakberdayaan dan ketergantungan kita kepada kuasa Tuhan, kita mengharapkan belas kasih Allah untuk memperoleh buah yang berlimpah. Doa membantu kita untuk membangun komunikasi dengan Tuhan, sehingga kita semakin mengenal Tuhan dan semakin bersandar pada-Nya. Pengenalan akan Tuhan tidak bisa lepas dari pengenalan kita akan kebenaran injili. Kita percaya bahwa kita berbicara atau memohon kepada Tuhan melalui doa dan Tuhan berbicara kepada kita melalui Firman-Nya. Claret mengalami Allah sebagai Bapa yang memberikan segala kebaikan kepadanya (Auto. 766).
Selain doa sebagai sarana dalam bermisi, doa seorang misionaris harus seperti doa seorang nabi. Claret mengajak semua orang untuk selalu mendengarkan Sabda Allah dengan tekun dan dengan sungguh-sungguh. Mendengarkan Dia dan lakukan apa yang Dia perintahkan dan ajarkan. “Apa yang dikatakan kepadamu, buatlah itu!” (Yoh. 2:5). Dengan doa kita akan mengalami pengalaman spiritual, cinta dan semangat dari sabda Allah.
Sabda Allah menjadi dasar hidup kita. “Carilah Tuhan selama Ia berkenan ditemui; berserulah kepada-Nya selama Ia dekat!” (Yes. 55:6). Tuhan Yesus juga mengajarkan lewat sebuah perumpamaan supaya murid-murid-Nya tidak jemu-jemu berdoa (Luk. 18:1). Rasul Paulus dalam suratnya yang pertama kepada jemaat di Tesalonika mengingatkan agar mereka tetap berdoa (1 Tes 5:17). Kita hendaknya selalu meneladani Kristus Tuhan kita yang tak jemu-jemunya berdoa. Dia juga mengajak kita untuk selalu berdoa.
*Penulis adalah Misionaris Claretian. Penghuni Wisma Skolastikat Claretian Yogyakarta
ClaretPath.Com adalah ruang pengembangan bakat menulis dan media kerasulan, terinspirasi dari Santo Antonius Maria Claret, Pelindung Pers Katolik.