Bersama Kristus, Kemuridan Kita Ditantang | Renungan Harian

Picture by theasianparent.com

Rabu, 13 April 2022, Pekan Suci

Bacaan I         : Yes 50:4-9a

Bacaan Injil   : Mat 26:14-25

Penaclaret.com – Sahabat Penah Claret yang terkasih dalam Kristus. Identitas kemuridan menjadikan semua pengikut Kristus yang sama dan setara di hadapan Sang Guru. Kemuridan kita terbentuk dalam gerak “mengikuti”. Dalam arti bahwa kita menjadi murid ketika kita bergerak mengikuti Sang Guru, yakni Kristus. Kejelasan identitas kita sebagai pengikut Kristus tidak hanya diwujudkan dalam gerak mengikuti, tetapi juga tinggal bersama dan mencintai sang Guru dan juga mencintai sesama. Mengikuti, tinggal bersama dan mencintai, merupakan tiga kriteria yang harus dihidupi oleh seorang pengikut Kristus. Dalam konteks kehidupan kita saat ini, cara kepengikutan kita akan Kristus diwujudnyatakan dalam sikap kesiapsediaan dalam mewartakan Kristus kepada semua orang dan juga meneladani gaya hidup yang telah diajarkan oleh Kristus sendiri. Eksistensi kita sebagai pengikut memeluk konsekuensi untuk tidak mementingkan diri kita sendiri, melainkan mengedepankan sikap solidaritas terhadap Allah yang diwujudnyatakan dalam diri sesama yang ada di sekitar kita.

Bacaan-bacaan yang kita dengarkan hari ini menyajikan kepada kita bagaimana sikap yang layak dan pantas sebagai seorang pengikut Kristus. Dalam bacaan pertama, Nabi Yesaya menunjukkan dengan jelas bagaimana sikap yang patut dilakukan oleh seorang pengikut, yakni dengan memberikan diri seutuhnya kepada penyelenggaraan Allah. Allah telah memberikan lidah untuk mengatakan kebenaran dan memberi semangat kepada orang yang letih lesu. Allah selalu mempertajam pendengaran untuk selalu mendengarkan hal-hal baik yang disampaikan-Nya. Allah menginginkan kita untuk tidak berpaling ke belakang, dan tidak lari dari setiap penderitaan yang dihadapi. Semua itu hanya bisa dilakukan apabila kita telah mengalami kehadiran Allah dalam diri kita dan membiarkan Allah bekerja sepenuhnya atas hidup kita. Kemudian dalam bacaan Injil, kita melihat bagaimana secara tidak langsung Yesus menegur murid yang akan menghianati-Nya, yakni menjual-Nya dengan harga yang tidak pantas. Konsekuensi kepengikutan Para murid selalu diuji dalam kenikmatan dunia. Hanya kerana keserakaan seseoran,g maka pribadi sang Guru yang berharga ditukar dengan segenggam uang yang fana dan tidak bertahan selamanya.

Baca juga :  Tentang Biduk dan Bayu Senja, di Laut Lepas! | Renungan Harian

Sahabat Pena Claret yang terkasih dalam Kristus. Tanpa kita sadari dalam kehidupan kita sehari-hari, kita sering menjual sesama dengan harga yang tidak pantas. Yang mengerikan lagi kita juga sering menjual diri kita sendiri demi mendapat sesuatu yang kita inginkan. Realitas membuktikan bahwa kita sering menggunakan nama agama untuk meraut keuntungan pribadi dan menodai kesucian dan keluhuran ajaran agama. Iman sering digunakan sebagai tameng pembela dan juga bagian dari pelarian kita akan persoalan yang kita hadapi. Kita menyadari bahwa konsekuensi dari kemuridan kita adalah memikul segalah penderitaan, kesakitan, fitnaan dan bahkan kematian. Hanya karena kita takut akan penderitaan dan kematian serta malu akan hinaan karena iman, maka dengan muda kita menjual iman hanya untuk kesenangan kita semata. Kita tidak menyadari bahwa identitas kemuridaan kita selalu diuji dalam tantangan-tantangan yang kita hadapi setiap hari.

Baca juga :  Maria, Mudang  | Renungan Harian

Oleh karena itu, dalam persiapan kita untuk mengenang misteri paskah, yakni sengsara, wafat dan kebangkita Kristus, kita semua diajak untuk menjadi seorang pengikut yang sungguh-sungguh. Kedua bacaan hari ini telah menunjukkan kepada kita bagaimana sikap yang harus kita lakukan untuk menjadi seorang pengikut Kristus, yakni dengan mengarahkan seluruh perhatian kita untuk melihat penderitaan sesama, mendengar keluhan sesama, tidak mengabaikan Allah yang hadir dalam diri sesama, tidak menghianati siapapun serta berani untuk keluar dari zona nyaman hidup kita untuk merasakan penderitaan Kristus yang hadir dalam diri sesama yang ada di sekitar kita. Kita diajak untuk tidak menjual Allah dan sesama demi kepentingan diri kita sendiri, melainkan menunjukkan kepada semua orang identitas kepengikutan kita akan Kristus dalam tindak tanduk, tutur kata yang kita lakukan setiap hari. Sehingga mulut kita selalu mengunya hikmat dan membangkitkan semangat pada semua orang letih hidupnya. Dalam arti bahwa kita menjadi teladan kesetiaan Kristus untuk sesama yang ada di sekitar kita. Mari kita menggunakan mulut kita untuk mewartakan kebaikan Allah, menggunkan telinga kita untuk mendengar bisakan Allah dan dengan setia mengikuti teladan sang Guru yang rela menderita dan mati untuk kita. Dengan demikian kitapun akan dibangkitkan bersama Dia dalam paskah kehidupan kita, yakni bersatu dengan Allah dalam kehidupan yang kekal. Semoga Tuhan membantu kita. Amin.