Antara Sabat dan Nilai Kehidupan

Oleh Edwar Gabho

Antara Sabat dan Nilai Kehidupan
Sumber gambar: ClaretPath.Com

ClaretPath.ComAntara Sabat dan Nilai Kehidupan

Hari Sabtu Pekan Biasa Ke-XXII, 3 September 2022

  • Bacaan I: 1 Kor. 4:6b-15
  • Bacaan Injil: Luk. 6:1-5

Peringatan Wajib St. Gregorius Agung, Paus dan Pujangga Gereja

Para sahabat ClaretPath yang terkasih, mari kita mengawali hari baru yang begitu indah ini dengan membatinkan Sabda Tuhan. Sabda Tuhan hari ini begitu menarik. Lukas menyuguhkan sebuah cuplikan kisah yang menegangkan antara Yesus dan orang-orang Farisi. Keduanya masih mendiskusikan soal hal berpuasa. Isi dari diskusi tersebut adalah menyangkut soal memperjuangkan sabat atau kehidupan.

Para Farisi sebagi pemuka agama Yahudi bersikukuh memperjuangkan kesakralan hari sabat. Sementara Yesus lebih kepada kehidupan manusia. Antara sabat dan nilai kehidupan inilah yang kemudian menjadi dilema dari cuplikan kisah tegangan tersebut. Alih-alih mengecam Yesus dan Para Murid-Nya, orang-orang Farisi malah berbalik menuai kecaman dari Yesus.

Baca juga :  Revolusi Perjumpaan | Renungan Harian

Para sahabat yang terkasih, kita juga perlu melihat sebenarnya apa itu hari Sabat dan apa maknanya. Hari Sabat adalah hari untuk beristirahat dan berhenti dari segala bentuk pekerjaan atau aktifitas yang menguras tenaga. Sementara bagi orang-orang Israel, hari Sabat adalah momen untuk mengenang kembali rahmat kesetiaan Allah. Yahwe begitu setia dalam menemani mereka sepanjang melewati padang gurun. Karena itu, hari sabat adalah sangat penting bagi mereka. Hari sabat adalah Hari Tuhan dan momen untuk bersyukur. Sebuah momen syukur dan tenang bagi orang Israel.

Melalui kisah ini, kita bisa menarik sebuah kesimpulan sederhana bahwa orang-orang farisi rupanya gagal paham akan sabat. Mereka begitu saleh dan radikal dalam menjalankan berbagai aturan agamanya hingga lupa akan inti sebuah aturan. Bahwasannya aturan dibuat untuk memanusiakan manusia. Bukan sebaliknya. Aturan seharusnya menghargai kehidupan. Mereka lebih mengedepankan hukum daripada manusia itu sendiri, hukum memiliki kedudukan yang lebih tinggi daripada manusia. Tentu inilah gagal paham orang-orang farisi. Ekstrim tapi kaku dan bertendensi membunuh.

Baca juga :  Hanya Besar Omong

Pentingnya Nilai Kehidupan

Hukum atau aturan pada dasarnya baik bagi manusia. Sebab dengan hukum, kehidupan akan tertata. Hukum akan sangat membantu manusia agar tidak bertindak secara brutal layaknya binatang. Oleh karena itu, hukum menjadi bermakna dan berdayaguna apabila tujuan utama dari hukum itu tercapai dan memberikan kesejahteraan kepada masyarakat. Dan di atas segalanya bahwa hukum harus memperjuangkan kehidupan manusia bukannya membunuh.

Meski demikian, kerap kali yang terjadi adalah sebaliknya. Yakni bahwa hukum lebih berkuasa atas kehidupan manusia. Ini tentu sangat miris dan memprihatinkan. Karena itu Yesus dalam bacaan Injil hari ini menegaskan “Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat”. Bagi Yesus, kehidupan manusia jauh lebih penting dan mulia daripada hukum. Pernyataan Yesus ini mau melawan pemahaman atau paham mereka akan hari Sabat yang mana bagi mereka hukum adalah yang paling penting sedangkan di sisi yang lain nilai kehidupan itu diabaikan.

Baca juga :  Meniru Para Selebriti Iman

Saudaraku yang terkasih melalui terang Injil pada hari ini kita sekalian belajar bahwasannya hukum itu diberikan untuk manusia dan bukan manusia untuk hukum. Kita juga diajak untuk mampu menyelaraskan antara hukum dan nilai kehidupan, dimana kita tidak hanya memprioritaskan satu dan mengabaikan yang lain.