ClaretPath.com – Paus Fransiskus ingatkan Global Solidarity Fund (GSF) akan esensi namanya. “Namamu terpusat pada satu kata kunci: solidarity (solidaritas), salah satu nilai inti dari Ajaran Sosial Gereja (ASG),” jelas Paus Fransiskus.
Hal ini dikatakannya ketika menjumpai perwakilan dari GSF pada hari Rabu, 25 Mei 2022 di salah satu ruangan yang bersebelahan dengan ruang Audiensi Umum yang biasa dikenal dengan sebutan Paul VI Audience Hall. Perjumpaan Paus dan delegasi GSF tersebut terjadi menjelang Audiensi Umum Paus.
Dalam perjumpaan ini, Paus menyatakan bahwa dia senang dengan kinerja GSF. Terlebih lagi karena GSF beranggotakan banyak pihak dari berbagai sektor masyarakat yang mau bekerja sama. Dengan demikian, GSF membangun jaringan solidaritas dengan ikatan yang kokoh.
Tentu saja usaha dan niat baik ini sesuai dengan semangat ASG. Hal ini bisa kita temukan dalam Kompendium ASG no. 194 yang diterbitkan pada tahun 2004 oleh Komisi Kepausan untuk Keadilan dan Perdamaian (sejak 2016 menjadi bagian dari Dicastery for Promoting Integral Human Development). Dalam terjemahan Bahasa Indonesianya pada tahun 2009 oleh Penerbit Ledalero bunyi kutipannya demikian:
“Istilah solidaritas, yang secara luas digunakan oleh Magisterium, mengungkapkan secara ringkas kebutuhan untuk mengakui ikatan-ikatan kokoh yang mempersatukan semua orang dan kelompok-kelompok sosial satu sama lain, ruang yang diberikan kepada kebebasan manusia bagi pertumbuhan bersama di dalamnya semua orang berbagi dan di dalamnya mereka berperan serta.”
*** solidaritas ***
Seturut pengamatan Paus Fransiskus, GSF telah menciptakan ekonomi yang inklusif, menonjolkan integrasi dan menciptakan lapangan kerja bagi para migran dengan semangat mendengarkan dan perjumpaan. “Ini adalah jalan yang berani!” tegasnya.
Dua semangat dasar ini, mendengarkan dan perjumpaan, sangat penting dalam mengembangkan solidaritas. Kedua roh solidaritas ini erat kaitanya dengan kedua kata lain yang mampu merealisasikan kata solidaritas. “Untuk mewujudnyatakan kata ini (solidaritas), perlu disertai dengan kedekatan dan belas kasihan,” kata Paus Fransiskus.
Hanya orang yang mau dekat dan berjumpa dengan orang lain yang mampu mendengarkan dan melakukan sesuatu atas dasar belas kasihan. Orang yang jauh dan tidak mau berjumpa dengan orang lain sulit untuk mendengarkan mereka apalagi berbelaskasihan pada mereka.
Persis inilah gaya pelayanan GSF. Itulah sebabnya Paus Fransiskus sangat berterima kasih kepada mereka. Selama ini mereka telah bekerja keras dengan semangat mendengarkan dan perjumpaan untuk mewujudkan identitas mereka sebagai kelompok solidaritas melalui kedekatan dan belas kasihan kepada para migran dan mereka yang tersingkir dari kehidupan sosial.
Hal menarik dari GSF adalah kelompok solidaritas ini terinspirasi dari kepemimpinan Paus Fransiskus. Mereka mau berkerja sama dalam mewujudkan mimpi Paus Fransiskus untuk memberdayakan orang-orang yang rentan agar mereka bisa bertahan hidup. Lebih daripada itu, mereka sungguh berkomintmen agar karya mereka konsisten dengan misi, nilai dan ajaran-ajaran sosial dari Gereja Katolik Roma.
Itulah tujan eksistensi GSF. Hal ini diungkapkan secara eksplisit pada laman website resmi GSF dengan nama www.globalsolidarityfund.org. Mereka mengimpikan dunia yang memungkinkan setiap orang memiliki akses peluang sosial dan ekonomi serta memiliki sebuah kehidupan yang sehat di mana martabat manusia dihormati secara esensial.
Roh visioner GSF ini mendorong mereka berkarya secara sungguh. Itulah sebabnya Paus Fransiskus mengingatkan mereka agar jangan sampai melupakan satu kata yang menjadi esensi nama mereka, yaitu solidaritas.
Pecinta Literasi