ClaretPath.com – Amo Sipri dan Konsep Kebahagiaan
Hidup bukan hanya soal mencari materi, tetapi juga bagaimana mencari dan menciptakan kebahagiaan. Dalam filsafat etika, konsep tindakan kebahagiaan Aristoteles termasuk dalam etika teleologis (sebuah tindakan dinilai benar jika akibatnya baik, dinilai salah jika akibatnya tidak baik). Pandangan ini selalu mengaitkan antara tindakan dengan dampak atau tujuan tertentu. Menurut Sokrates, tindakan dinilai baik jika mengarah pada kebahagiaan dan dapat diniliai salah jika mencegah kebahagiaan itu terjadi.
Berbeda halnya dengan Sokrates, Agustinus seorang filsuf Kristen dari abad pertengahan justru menerangkan kebahagiaan tampak dalam cinta kasih semua manusia di dalam Tuhan. Ide Agustinus ini muncul ketika ia mengalami pengalaman mistik bersama Allah dan membuatnya menyatu dengan Allah. Dari dua konsep kebahagiaan, tampak kebahagiaan mana yang paling dekat dengan manusia di zaman ini?
Seorang tokoh sederhana telah mengadopsi pemikiran Agustinus dalam hidupnya. Perjalanannya membawa kebahagiaan menarik untuk diikuti. Ia adalah seorang imam Katolik yang selalu berjalan dalam pelayanan kasih. Namanya Rm. Siprianus Asa, CMF. Ia bukan pribadi tanpa rekam jejak. Secara spiritual, ia dilahirkan dan dibesarkan dalam rahim Kongregasi Para Misionaris Claretian (CMF). Perjalanan hidupnya bermula ketika Allah memilihnya untuk menjadi pelayan umat di tanah Timor, NTT.
Kala itu, kalender masehi berada di tanggal 1 Januari 1973. Di ruang bersalin, tangisan Sipri kecil memenuhi seluruh ruangan. Keluarga besar telah menanti di ambang pintu kamar dengan upacara adat setempat. Beranjak dewasa, Sipri kecil dididik dalam lingkungan pekerja. Sejak kecil, ia harus bisa bekerja membantu kedua orang tuanya.
Amo (sebutan pastor dalam bahasa Tetum) Siprianus Asa lahir di Nusimanu, sebuah kampung kecil di kabupaten Malaka. Keluarganya hidup dalam kesederhanaan. Corak hidup sederhana itu yang membuat ia dikenal sebagai sosok yang selalu berpenampilan seadanya. Baginya, harta bukanlah segala-galanya. Situasi keluarga yang memang sederhana pun membuat ia tidak bisa menuntut lebih banyak. Kerja baginya adalah kesenangan dan menolong orang baginya adalah hobi. Hingga pada saatnya, Allah melangkahkan kakinya untuk berarak ke rahim CMF pada tahun 1992.
Rahim itu memberikan lebih banyak hal baru kepada Amo Sipri. Di sinilah ia mulai belajar melayani umat di tanah Timor dengan terapi refleksi dan berkebun. Tidak sedikit yang datang bertegur sapa sembari memberi diri untuk disembuhkan. Jari jemarinya lihai menari di atas lekukan saraf yang hendak disembuhkan. Tangannya cerdik mencari saraf yang terjepit. Alhasil, tidak sedikit yang berhasil disembuhkan.
Semuanya adalah pelayanan kasih. Dia tidak pernah menuntut bayaran sepeser pun. Jika ada yang mau memberikan imbalan dia selalu menolak karena baginya ini adalah pelayanan kasih. Imbalan akan dia peroleh dari Yang Kuasa, tuturnya dalam permenungan malam.
Amo Sipri berkisah, “Terapi refleksi tidak hanya menyembuhkan orang yang sakit, tetapi juga menyembuhkan diri sendiri.” Baginya, menyembuhkan orang sakit adalah sebuah perjumpaan. Ini juga yang menjadi motivasinya masuk ke dalam sebuah intitusi religius, komunitas Misionaris Claretian.
Motivasi Amo Sipri menjadi seorang CMF dilatarbelakangi sebuah pertanyaan yang selalu menggugah hatinya. “Kapan orang-orang kecil yang tidak punya apa-apa mendapat kesempatan untuk dikunjungi misionaris?”, ungkapnya melalui sebuah perjumpaan virtual.
Kini, Amo Sipri masih terus menolong orang dengan terapi refleksinya. Ia dikenal banyak orang dari berbagai strata sosial. Tidak jarang, Amo Sipri menyempatkan waktu mengunjungi orang-orang kecil di daerah-daerah pelosok. Aktivitas berkebun pun selalu menjadi favoritnya.
Di usianya yang beranjak sepuh, Amo Sipri merasa senang menjadi seorang penyebar senyum di wajah semua orang. Di sinilah konsep kebahagiaan Agustinus ditemukan Amo Sipri dalam perjumpaan bersama orang-orang kecil dan sederhana.
Amo Sipri adalah satu dari sekian banyak deretan pahlawan kebahagiaan bagi mereka yang kurang bahagia dengan hidupnya. Konsep sederhana pahlawan adalah orang-orang sederhana yang dipanggil untuk melakukan hal-hal sederhana agar menjadi luar biasa.
Mahasiswa fakultas Filsafat Keilahian Universitas Sanata Dharma. Pencinta Alam dan pegiat internet