ClaretParth.com – Yohanes Yang Angkuh
Rabu, 22 Mei 2024, hari biasa pekan VII
Bacaan Pertama: Yak. 4:13-17;
Bacaan Injil: Mrk. 9:38-40.
Sikap angkuh merupakan penghalang bagi jalan menuju Tuhan. Sikap ini agaknya membuat seseorang puas diri, puas dengan kepunyaannya, dan puas dengan kemampuan yang ada. Kadang-kadang mereka yang seperti ini adalah orang yang tidak menganggap orang lain ada. Mereka lupa akan hakikat dasariah mereka, bahwa mereka dicipta sebagai mahkluk sosial. Dengan Sikap angkuh ini, seseorang akan meragukan pekerjaan bahkan kesuksesan orang lain. Keangkuhan ini tidak lain karena kita tidak melibatkan Tuhan dalam hidup kita, dan dalam karya kita.
Yohanes yang Sombong
Sahabat claretpath yang terkasih. Dalam bacaan suci hari ini, khususnya bacaan Injil, kita melihat sikap “sombong dan angkuh” dalam diri Yohanes, murid Yesus. Pemberitahuannya mengenai pengusiran roh jahat oleh orang yang bukan pengikut Yesus adalah bentuk keragu-raguannya terhadap orang itu. Ia merasa bahwa mereka tidak boleh megusir setan karena mereka bukan golongan para murid. Hemat saya, Yohanes merasa puas dengan identitasnya sebagai pengikut Yesus sehingga ia tidak percaya akan pekerjaan besar yang dilakukan oleh orang yang bukan golongan Para Murid. Namun, yang menarik di sini adalah tanggapan Yesus atas peristiwa tersebut. Bahwa menjadi murid tidak harus dekat dengan Yesus. Akan tetapi, barangsiapa yang melakukan mukjizat dalam nama-Nya, mereka juga adalah murid-Nya.
Tilikan Yakobus
Lebih lanjut, dalam bacaan pertama kita mendengar Rasul Yakobus dalam surat menekankan pentingnya melibatkan Tuhan dalam setiap usaha dan rencana kita. Rasul Yakobus mau menegaskan bahwa apa pun yang akan kita lakukan, lakukanlah itu dalam nama Tuhan, karena jikalau kita tidak melakukannya dalam nama Tuhan, kita tidak pernah tahu akan apa yang terjadi untuk hari esok. Artinya adalah kita tidak memiliki arti bagi hidup kita.
Pesan dari renungan “Yohanes yang Angkuh”
Sahabat claretpath yang terkasih, tak jarang dalam dunia dewasa ini, kita sebagai orang beriman, yang menganggap diri dekat dengan Tuhan merasa diri lebih baik dari pada orang lain. Kita menyebut diri orang beriman, tetapi langkah laku kita tidak menunjukan keberimanan kita sehingga kita melihat orang yang tidak beriman sebagai pendosa dan meragukan segala karya mereka. Selain itu, keberimanan kita hanya suam-suam kuku; yang mana kita jarang melibatkan Tuhan dalam setiap usaha kita. Bahkan kita menilai kesuksesan kita adalah hasil kerja keras kita sendiri. Kita melupakan Tuhan yang telah terlibat dalam rencana dan karya kita.
Oleh karena itu, sahabat claretpath yang terkasih, melalui kedua bacaan suci hari ini, kita diajak untuk melihat sesama kita sebagai pengikut Tuhan, kendati dengan cara yang berbeda. Kita melihat segala karya mereka sebagai pemberian Tuhan. Untuk itu, kita peru melibatkan Tuhan dalam hidup kita sehingga kita tidak mudah meragukan setiap pekerjaan orang lain, tidak angkuh karena label pengikut Yesus. Sebaliknya, dengan label sebagai pengikut Yesus, kita hendaknya memberi apresiasi kepada siapa saja yang melibatkan Tuhan dalam karyanya sekalipun itu tidak terlihat oleh banyak orang termasuk kita.
#_ Yohanes yang Angkuh
Mahasiswa Filsafat Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Pengagum absurditas Albert Camus