Acen Putra, CMF*
Kamis Pekan Biasa XVI
Injil Yoh 20:11-18
Sahabat Pena Claret yang terkasih, injil hari ini mengulas secara menarik kisah penampakkan Yesus kepada Maria Magdalena. Yang menjadi sorotan utama sekaligus menjadi sebuah pertanyaan untuk kita renungkan adalah mengapa Maria Magdalena tidak mengenal Yesus? Mengapa ia mengira Yesus adalah si penunggu taman? Bukankah dia sudah mengenal rupa Yesus?
Realitas kematian Yesus pasti membawa luka bagi Maria Magdalena. Kita meyakini bahwa perasaan resah, gunda-gulana memenuhi ruang batinnya. Kebahagian tak lagi ada tempat. Coba bayangkan saja, apabila orang yang ada di sekitar kita pergi meninggalkan kita, jangan naif untuk mengatakan kita tidak bersedih. Bagaimanapun juga sebagai kerabat dekat, batin kita pasti terguncang. Apalagi bila dia yang pergi itu orang yang kita kasihi, hati kita pasti hancur. Persis seperti itulah yang dialami Maria Magdalena. Bukan tanpa sengaja Maria Magdalena tidak mengenal Yesus, tetapi ada hal yang sedang mengganjal dalam batinnya, dan semua itu disebabkan oleh karena rasa kehilangan.
Pengalaman-pengalaman pilu memang terkadang menuntun setiap orang pada cara hidup yang apatis. Mereka “keluar” dari keaslian karakternya. Barang kali Maria Magdalena juga mengalami hal yang sama. Pengalaman seperti itu wajar dan umum dialami. Singkatnya setiap orang yang mengalaminya ada dalam ketidaksadaran sementara. Pandangan terhadap dunia luar menjadi samar, termasuk dalam hal ini Tuhan juga dipandang samar. Tuhan menjadi samar karena kita tidak sadar. Kesadaran Maria Magdalena baru mulai “terusik” ketika ia mendengar Yesus yang memanggilnya. Mendengar menjadi hal yang perlu kita dalami dari bacaan injil hari ini. Oleh karena pendengarannya, Maria Magdalena mampu mengenali Yesus.
Mendengarkan barang kali menjadi suatu tindakan yang istimewa. Jika kita bandingkan dengan kisah perjanjian lama, para nabi berinteraksi dengan Allah melalui pendengaran. Allah berbicara dan para nabi mendengarkan. Mereka tidak pernah melihat Allah. Maria Magdalena dalam kisah injil hari ini, dia tidak mengenali Yesus dari penglihatan mata, melainkan dari seruan-Nya.
Yesus memanggil langsung dengan sebutan nama “Maria!”. Yesus sudah mengenal Maria Magdalena dengan baik. Pada saat yang sama Maria Magdalena yang sedang terbelenggu oleh rasa kerinduan yang dalam telah menyiapkan hatinya untuk disapa. Mendengarkan dan percaya menunjukkan suatu sikap keterbukaan sekaligus gambaran iman yang dalam dari Maria Magdalena. Seruannya “Rabuni!” menunjukkan pengakuannya yang dalam akan Yesus sebagai guru, dan ungkapan “Aku telah melihat Tuhan!” merupakan respon sukacita atas perjumpaannya itu. Semuanya berawal dari pendengaran.
Maria Magdalena mendengar seruan Tuhan, karena ia terbuka hati untuk selalu mencari-Nya. Ia pergi ke kubur, menangis dalam kepedihan. Lalu pada saat itulah Yesus hadir menyapanya. Barang kali kita ada dalam kondisi hidup yang sama seperti Maria Magdalena, dihimpit oleh penderitaan batin yang kian menyiksa. Kita melihat Tuhan secara samar karena situasi ketidaksadaran kita. Dalam situasi seperti ini kita perlu selalu terbuka kepada Tuhan. Satu hal yang dapat kita pelajari dari Maria Magdalena ialah selalu membuka ruang untuk menerima kehadiran Tuhan. Karena dengan hati yang terbuka, seruan Tuhan akan terdengar menyapa.
*Penulis adalah Mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Berasal dari Iteng, Satermese, Manggarai.
ClaretPath.Com adalah ruang pengembangan bakat menulis dan media kerasulan, terinspirasi dari Santo Antonius Maria Claret, Pelindung Pers Katolik.