Salah Menilai

Darvis Tarung

Sumber gambar: Claretpath.com

Hari Jumat Pekan Adven Ke-II, 15 Desember 2023

Bacaan I: Yesaya 48:17-19

Bacaan Injil: Matius 11:16-19

Claretpath.com-Manusia adalah mahkluk sosial. Karena demikian sifatnya, manusia tidak luput dari kegiatan sosial seperti berinteraksi dengan yang lain. Menariknya bahwa dalam interaksi tersebut banyak hal yang orang lain tunjukkan kepada sesamanya. Begitu pun sebaliknya. Setiap kegiatan sosial tersebut membentuk sebuah warna kehidupan. Warna kehidupan itu akhirnya melahirkan keunikan atau kekhasan dari sebuah kebersamaan. Di samping itu, ada nilai-nilai yang ditunjukkan oleh pelaku interaksi tersebut. Terlepas dari nilai-nilai positif atau negatif, kedua-duanya menghiasi kehidupan manusia yang menamakan diri sosial tersebut.

Dalam interaksi atau relasi antara sesama manusia tersebut tidak luput dari sikap saling menilai. Dalam kalangan seminaris kita akan mendengar istilah koreksi fraternal. Saling menilai menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan bersama. Dalam kebersamaan itu muncul dua penilaian yakni penilaian positif dan penilaian negatif. Menilai yang positif (benar) terhadap yang benar, adalah baik dan benar adanya. Tetapi jika menilai salah terhadap yang benar adalah suatu kekeliruan yang sangat besar.

Baca juga :  Tuli Batiniah dan Tuli Spiritual

Menarik untuk kita renungkan jika soal “saling menilai” ini kita kaitkan dengan bacaan injil hari ini. Bahwasannya orang-orang di jaman Yesus gagal menilai; Siapa Yesus dan Yohanes Pembaptis sebenarnya. Mereka mengangkat asumsi yang tidak sebenarnya (nyata) dengan pribadi Yesus dan Yohanes Pembaptis. Yohanes Pembaptis  datang, orang-orang di jamannya menganggap ia kerasukan setan (Mat. 11:16), dan Yesus dianggap sebagai pelahap dan peminum, sahabat orang berdosa (Mat. 11:19). Hal ini dapat pahami dengan apa yang telah sampaikan sebelumnya yaitu menilai salah terhadap yang benar.

Baca juga :  Berani Berkorban Demi Membagi Sukacita | Renungan Harian

Salah Menilai: “Kebutaan” Si Penilai

Kenyataan ini tidak hanya terjadi pada jaman Yesus. Salah menilai kerap kali terjadi di jaman kita sekarang ini. Salah menilai yang disengajakan merupakan “kebutaan” yang datang dari dalam diri si penilai itu sendiri. Ia tidak mampu memahami sesuatu atau seseorang lebih jauh, tetapi jatuh pada asumsi sesaat dan sesatnya. Lalu apa poin refleksinya untuk kita?

Hari ini bacaan suci mengajak kita untuk jelih dalam hal saling menilai. Kita diminta agar dalam hal saling menilai sesama mesti dengan mata  dan hati terbuka di dalam melihat realita. Tidak asal menilai dan tidak cepat mengambil kesimpulan tentang pribadi seseorang.  Perlu adanya pengakuan atau apresiasi terhadap kebaikan yang ditunjukkan oleh seseorang. Mendukung seseorang yang berjuang untuk kebaikan dan kebenaran, bukan malah berambisi untuk menjatuhkannya dengan penilaian yang tidak benar. Semoga kita menjadi penggerak kebaikan sekaligus selalu menilai positif terhadap sesama. Semoga.