ClaretPath.Com–Tuli Batiniah dan Tuli Spiritual
Hari Jumat Pekan Biasa Ke-V, 10 Februari 2023
Peringatan Wajib St. Skolastika, Perawan.
Bacaan I: Kej. 3:1-8
Bacaan Injil: Mrk. 7:31-37
Yesus dan Orang-Orang Sakit
Saudara-saudari yang terkasih dalam Tuhan kita Yesus Kristus, bacaan pada hari sangat menarik untuk kita renungkan bersama. Penginjil Markus pada hari ini menerangkan kepada kita tentang tindakan Yesus dalam menyembuhkan seorang yang tuli dan gagap. Penginjil Markus menggambarkan bahwa pada waktu itu situasi sangat ramai. Hal ini tentu sangat wajar, sebab ke manapun Yesus pergi banyak orang pasti berbondong-bondong mengikuti-Nya untuk mendengarkan pengajaran Yesus.
Dalam pewartaan-Nya tentang kabar gembira Kerajaan Allah, Yesus tidak hanya berfirman atau berkata-kata tetapi juga bertindak dengan kuasa untuk menyembuhkan orang-orang yang sakit. Dalam berbagai kisah, bukan hanya orang sehat yang mengikuti dan mendengarkan ajaran Yesus tetapi juga orang sakit. Dan biasanya kesempatan atau moment ini dimanfaatkan oleh orang-orang sakit untuk mendapatkan belas kasih Yesus.
Setelah menerobos keramaian, orang tuli dan gagap itu pun berjumpa dengan Yesus dan mendapatkan belas kasih Yesus untuk disembuhkan. Ada hal menarik yang terdapat pada kisah ini. Setelah berjumpa dengan orang itu, Yesus kemudian memisahkan diri bersama dengan orang sakit itu dari keramaian. Tentu saja kita bertanya-tanya, mengapa Yesus harus memisahkan diri dari keramaian? Jawaban sederhana yang dapat kita temui ialah bahwa Yesus tidak ingin agar orang lain mengetahui perbuatan ajaib yang dilakukan-Nya. Jawaban ideal dapat kita jumpai pada ayat 36 “ Yesus berpesan kepada orang-orang yang ada di situ supaya jangan menceritakannya kepada siapapun juga.”
Tuli Batiniah dan Tuli Spiritual
Saudara dan saudari yang terkasih, dalam kehidupan setiap hari kita seringkali menampilkan diri sebagi orang yang tuli. Kita tuli karena tidak mampu mendengarkan jeritan sesama yang ada di sekitar kita. Kita mungkin tidak tuli dan gagap secara fisik, tetapi kita tuli secara batiniah dan tuli secara spiritual. Keadaan ini yang membuat kita tidak mampu untuk menanggapi situasi yang ada di sekitar kita.
Seringkali sikap ego yang bersarang dalam hati kita membuat kita tidak sanggup membuka hati untuk mendengarkan sesama yang ada di sekitar kita. Kita cenderung nyaman dengan diri kita sendiri. Padahal kalau kita membuka telinga hati kita, kita akan mendengar dengan jelas bahwa begitu banyak orang yang ingin dibantu, dihibur dan lain sebagainya. Kita perlu belajar dari St. Teresa dari Kalkuta. Kepekaan yang begitu kuat membuat ia mampu mendengar “suara Yesus” yang meminta tolong dalam diri orang-orang yang menderita. Karena begitu besar cintanya kepada Yesus ia kemudian membaktikan diri untuk membantu orang yang terlantar dan terpinggirkan.
Sejatinya demikian, kita sebagi pengikut Kristus hendaklah kita meneladani Kristus yang cepat tergerak hati saat melihat orang yang meminta pertolongannya. Meskipun Ia melayani begitu banyak orang dan banyak orang mengerumuninya, Ia peka dan bersedia menolong dan membantu orang-orang yang sangat membutuhkan bantuan-Nya. Dalam peziarahan dan pewartaan-Nya, Yesus memprioritaskan orang-orang sakit yang tentu saja sangat membutuhkan uluran tangan kasih dan penyembuhan dari-Nya.
pengembara