ClaretPath.com – Kesadaran dan Kesengajaan?
- Bacaan Pertama: 1Kor 3:18-23
- Bacaan Injil: Lukas 5:1-11
Saudara-saudaraku yang terkasih bacaan Injil hari ini menitipkan sebuah pesan berharga yang seyogyanya menghantar kita pada sebuah permenungan yang sangat mendalam. Jika kita melihat sepintas pernyataan Petrus kepada Yesus “Tuhan, tinggalkanlah aku, karena aku ini orang berdosa”, terkandung sebuah unsur kesengajaan. Mengapa? Pernyataan Petrus itu dibuat setelah keberhasilan yang mereka peroleh atau alami, yakni menangkap ikan besar dalam jumlah yang banyak. Jikalau, Petrus merasa berdosa, mengapa tidak sejak awal, ketika Yesus meminta untuk menggunkan perahunya untuk mengajar atau pun mengajaknya untuk bertolak lebih dalam untuk mengatakannya. Ada unsur kesengajaan? Ataukah habis manis, sepah dibuang.
Saya justru melihat sesuatu yang berbeda dari pernyataan Petrus di atas. Bukan unsur kesengajaan yang Petrus tampilkan kepada khalayak pendengar. Namun, ada sebuah kesadaran spiritual yang tinggi. Kesadaran Petrus tidak hanya sekedar bahwa ia sedang hidup atau sedang berbicara dan lain sebagiannya. Namun, kesadaran Petrus dilihat sebagai sebuah kesadaran kritis yang oleh Paulo Freire disebut sebagai sebuah kesadaran yang menghantar sesorang untuk menyadari semua dimensi yang ada dalam dirinya. Entah itu kelemahan ataupun kelebihan.
Petrus menyadari bahwa ia memiliki kelebihan sebagai seorang nelayan. Oleh karena itu ia membangun argumentasi dengan Yesus bahwa sudah semalam suntuk mereka mengarungi lautan, namun nihil yang mereka peroleh. Di sisi lain dia juga menyadari kelemahannya sebagai pribadi yang berdosa. Maka, point pentingnya adalah Petrus sedang mengajarkan kita bagaimana pentingnya sebuah kesadaran kritis yakni kesadaran kita akan semua kelemahan dan kelebihan yang kita miliki.
Pesan yang bisa kita petik dari bacaan Injil hari ini, khususnya dari pribadi Petrus adalah pentingnya memiliki sebuah kesadaran kritis dalam beriman. Terlepas, kita mengenal dengan begitu baik kelebihan kita, kita juga perlu menyadari semua kelemahan kita. Kesadaran ini bukan untuk menghantar kita pada situasi tetap terpuruk, melainkan membuka peluang bagi Allah untuk masuk dan mengontrol hidup kita. Bahkan, jikalau kita menyadari kelemahan kita dan berserah diri kepada Allah, maka kita akan meperoleh ganjaran yang luar biasa dari Allah. Petrus, karena kesadaran kritis yang dia miliki, ia diangkat menjadi “penjala manusia”. Sebuah berkat yang ia peroleh karena berani mengungkapkan semua kelemahannya di hadapan Allah.
Penggiat literasi