Jumat Hari Ketujuh dalam Oktaf Natal
PF St. Silvester I, Paus
Bacaan I: 1Yoh. 2:18-21
Bacaan Injil: Yoh. 1:1-18
Penaclaret.com – Iman akan Allah yang pengasih, Putera yang diutus untuk menyelamatkan umat manusia, dan Roh Kudus yang selalu menyertai adalah satu kesatuan yang tetap dari masa ke masa. Hal yang berubah adalah cara beriman seseorang di zamannya.
Hari ini, bacaan-bacaan suci menampilkan sebuah metode beriman yang sangat sesuai dengan konteks saat ini yaitu beriman dalam pengetahuan. “Tetapi kamu telah beroleh pengurapan dari Yang Kudus, dan dengan demikian kamu semua dianugerahi pengetahuan. Aku menulis kepadamu, bukan karena kamu tidak mengetahui kebenaran, tetapi justru karena kamu mengetahuinya, dan karena kamu juga mengetahui, bahwa tidak ada dusta yang berasal dari kebenaran”(1Yoh. 2:19). Iman adalah tanggapan manusia atas pewahyuan Allah. Supaya orang dapat beriman, diperlukan rahmat Allah yang mendahului serta menolong, juga bantuan batin Roh Kudus, yang menggerakkan hati dan membalikkannya kepada Allah, membuka mata budi, dan menimbulkan kepada semua orang rasa manis dalam menyetujui dan mempercayai kebenaran (Dei Verbum Art.5). Beriman tanpa akal budi akan membawa orang pada langkah ekstrim yang merusak tatanan sosial. Banyak contoh yang bisa dilihat tentang beriman tanpa berpikir, seperti kasus-kasus teror atas nama agama dan atas dasar semangat martiriah yang salah kaprah. Jika telah sampai pada titik ini, Dia yang diimani bukanlah Terang yang bercahaya di dalam kegelapan, tetapi kegelapan total yang sulit ditembusi cahaya.
Injil Yohanes secara jelas menarasikan bahwa kita beriman kepada Firman yang memberi kehidupan. “Firman itu adalah Allah, Firman itu pada mulanya bersama-sama dengan Allah. segala sesuatu dijadikan oleh Dia, dan tanpa Dia tidak ada sesuatupun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan. Dalam Dia ada hidup, dan hidup itu adalah terang bagi manusia. terang itu bercahaya di dalam kegelapan, tetapi kegelapan tidak menguasainya”(Yoh. 1:1-5). Bertolak dari tulisan Yohanes ini seseorang yang mampu berpikir tentu akan merasa aneh dengan tindakan-tindakan teror yang meresahkan sesama manusia atas nama iman. Jelas bahwa di dalam Dia ada hidup. Dan hidup itu adalah terang bagi manusia.
Sebentar lagi kita akan memasuki tahun yang baru, tahun 2022. Zaman telah jauh berubah dari sebelumnya. Ilmu pengetahuan dan teknologi semakin berkembang dengan cepat. Perkembangan ini sekaligus menunjukkan bahwa manusia semakin berpengetahuan. Pertanyaan yang muncul berkaitan dengan konteks ini adalah dapatkah Allah diimani dan dikomunikasikan dalam ruang digital atau kultur daring?
Misionaris Claretian. Mahasiswa Pasca-Sarjana di Fakultas Teologi Universitas Sanata Dharama Yogyakarta.