Penaclaret.com – Sewaktu Tuhan membela jiwa dari wujud-Nya, Dia selalu menciptakan keindahan darinya. Setiap keindahan adalah wujud nyata dari cinta sang pencipta. Keindahannya bukan hanya sebatas penglihatan, tetapi lebih dari itu sampai pada perasaan. Sebab keindahan yang dipandang mesti diserap kedalam rasa. Sehingga keindahannya menyajikan sejuta pesona untuk semua orang. Manusia adalah makhluk yang mau mencinta dan ingin dicinta. Relasi timbal balik ini adalah bentuk dari cinta yang mau merasakan keindahan. Kita merasakan keindahan yang ada dalam diri kita berkat relasi cinta dengan orang lain.
Ungkapan “kamu cantik, kamu manis, kamu imut, merupakan ungkapan keindahan yang dihasilkan dari relasi cinta. Tetapi cinta yang dalam, tidak hanya sebatas ungkapan kamu cantik, kamu manis, dll. Lebih dari itu ungkapan cinta yang dalam harus sampai pada rasa yang melampaui indra. Dalam hal ini ungkapan yang tepat adalah “kamu adalah ciptaan yang paling indah”. Meskipun terdengar merayu, tetapi ungkapan ini menyiratkan rasa yang sulit digambarkan dengan bahasa manusia.
Baca Juga:
Suka itu wajar tapi jatuh cinta itu pilihan. Kamu bisa menyukai siapa saja, ibumu, bapakmu, adikmu, tetanggamu, sahabatmu dan orang lain. Tetapi kamu harus memilih untuk jatuh cinta pada orang lain. Panggilan untuk mencintai dan dicintai merupakan bagian yang tak terpisahkan dari hidup manusia. Setiap manusia selalu berusaha untuk dicintai oleh orang lain. Tetapi terkadang manusia lupah bahwa dirinya juga mesti mencintai. Sebab relasi cinta timbal balik, menuntut untuk cinta dua sisi, “kamu aku cinta, aku kamu cinta”. Meskipun berada di tengah-tengah orang yang mencintai, kita akan merasa bahwa kita tidak dicintai. Ini adalah sisi kengerian dari cinta itu sendiri.
Seorang filsuf Yunani Kuno, Aristoteles pernah berkata “kalau orang merasa tidak dicintai, maka ia akan berusaha untuk dikagumi”. Inilah realitas cinta manusia, merasa tidak dicinta maka aku akan menggunakan segala cara untuk dicinta. Sisi lain dari cinta adalah hasrat, gejolak, rasa, harmoni, dan keindahan. Manusia menggunakan semua alasan ini untuk dapat memperoleh cinta. Lucu ya! Ketika seorang manusia harus mencari cinta. Ia tidak pernah sadar bahwa ia adalah cinta itu sendiri. Karena cinta maka ia ada, dengan cinta dia dibesarkan, tetapi ia terus mencari cinta. Apakah cinta itu sebuah misteri, sehingga perluh dicari dan disingkapi. Ataukah cinta yang ada dalam dirinya telah hilang, sehingga ia mencarinya kembali?
Baca Juga:
Banyak orang mendefenisiskan cinta dengan bentuk yang berbeda-beda. Eclat dalam lagunya yang berjudul “bentuk cinta” memberikan gambaran bentuk dari cinta dengan wujud seorang prbadi. “Rambut warna warni, bagai gulali, imut lucu walau tak terlalu tinggi, pipi cabih dan kulit putih, senyum manis gigi kelinci”. Lao Tzu, mengatakan bahwa “cinta adalah yang terkuat dari semua hasrat, karena ia menyerang kepala, hati dan indra secara bersama”. Ini adalah gambaran bentuk cinta yang disajikan secara berbeda. Tentu kita masing-masing juga memiliki defenisi tersendiri tentang cinta. Inilah sisi kekayaan dari cinta, ia memberikan ruang bagi setiap orang untuk mendefinisikannya secara berbeda. Cinta tidak menuntut semua orang untuk selalu sama dalam mencintai. Tetapi memberikan kebebasan untuk setiap orang mewujudkan bentuk dari cintanya.
Cinta bukanlah sesuatu yang kau temukan, cinta adalah sesuatu yang menemukanmu. Ia menghampiri setiap kita dengan bentuk dan gaya yang berbeda-beda. Perasaan dicintai merupakan realisasi cinta yang menyapa setiap kita. Inisiatif kita untuk mencintai orang lain, desebabkan karena kita merasa bahwa kita sudah dicintai. Orang sering mengatakan, cintailah dirimu baru engkau mencintai dirinya. Hal ini adalah transformasi cinta yang sifatnya eksklusif menuju ke cinta yang sifatnya universal. Cinta yang ekslusif membawa kita pada sikap egois, dan membuat kita menutup diri dari orang lain. Tetapi cinta yang universal membantu kita untuk menghargai setiap momen yang kita bangun bersama orang lain. Cinta yang universal tidak mementingkan diri sendiri, tetapi cinta yang melampau diri. Cinta yang seperti ini tidak hanya sebatas kata-kata, tetapi sampai pada tindakan nyata.
Baca Juga:
Kita bisa memberi tanpa cinta, tetapi tidak bisa mencintai tanpa memberi. Memberi cinta adalah kebebasan sejati, mengharapkan cinta berarti memperbudak diri. Membiarkan diri kita untuk mencita dan dicinta, tanpa harus merasa ditindas. Sebab bentuk cinta yang sesungguhnya adalah membiarkan cinta menguasai diri kita. Dan mengarahkannya pada kehendak yang baik, sehingga cinta bisa menjadi dirinya dalam rupa yang berbeda. Memeluk cinta tidak harus memenjarakannya, memandang cinta tidak harus memilikinya, rasakan setiap hembusannya, maka kau akan melihat bentuk cinta yang sesungguhnya.
ClaretPath.Com adalah ruang pengembangan bakat menulis dan media kerasulan, terinspirasi dari Santo Antonius Maria Claret, Pelindung Pers Katolik.