Adven: Jalan Pertobatan dengan Membangun Cinta dalam Keluarga

Jalan Pertobatan Keluarga
Gambar: Ilustrasi ADVEN, Jalan Pertobatan Keluarga

ClaretPath.com – Keluarga merupakan tempat di mana setiap pribadi merayakan sakramen cinta kasih. Di dalam keluarga, hadir keselamatan dan kedamaian. Di sana orang menjadi semangat dalam hidup berkeluarga.

Dalam konteks pandemi covid-19, pengalaman-pengalaman tersebut justru dipertanyakan. Apakah keluarga dalam keadaan yang baik-baik saja?

Pandemi yang merebak sejak dua tahun lalu rupanya menggores luka dalam tubuh keluarga. Pergerakan keluarga perlahan-lahan mulai pincang. Siklus ekonomi yang tidak sehat mulai tampak ketika kebutuhan keluarga tidak diimbangi dengan pendapatan.

Bukan hanya itu. Di dunia pendidikan, covid-19 membatasi anak sehingga belajar dari rumah saja secara online. Pengalaman belajar ini, jika berkelanjutan, akan berdampak pada pengalaman learning loss, yaitu hilangnya semangat belajar akibat sistem pembelajaran online. Dengan lain kata, situasi keluarga saat ini dalam keadaan yang tidak baik-baik saja.

Di tengah situasi yang sedang tidak baik-baik saja itu, Gereja sebagai persekutuan umat Allah ditantang untuk menjawab dan mengatasi berbagai persoalan yang ada. Mengawali tahun liturgi yang baru, masa Adven tahun ini mengajak keluarga Gereja untuk menantikan kedatangan Yesus dalam keprihatian pandemi covid-19 dengan tetap merefleksikan dinamika hidup berkeluarga. Kita masing-masing diajak untuk merefleksikan situasi komunikasi, hubungan kasih sayang dan keterbukaan emosional yang terjadi untuk kemajuan kualitas iman dan hidup bersama.

Baca juga :  Ketika Tuhan Dipertanyakan

Keluarga sebagai pusat dari gerak iman (Ecclesia Domestica) diharapkan tetap bertumbuh, mengalami sukacita dan tangguh agar semakin menyadari gerak bersama dalam upaya mewujudkan diri dan menghadirkan kasih serta kedamaian dalam situasi pandemi. Menjadi pertanyaan kita bersama, apa yang harus dilakukan oleh setiap keluarga di masa Adven sembari membalut luka akibat pandemi?

“Keluarga Tangguh Sambut Kedatangan Anak Manusia” (Luk 21: 25-28, 34-36)

Situasi pandemi yang memporak-porandakan seluruh segi kehidupan keluarga, tentu membawa pengalaman luka tersendiri. Dalam masa Adven ini kita diajak untuk berbagi pengalaman atas situasi yang dialami tentu dalam perspektif iman dan ketangguhan keluarga. Keluarga diajak untuk menilik kembali hidup iman dalam keluarga dan bagaimana sikap-sikap iman ke-Katolik-an dikembangkan selama masa pandemi. Dengan lain kata, keluarga sebagai bagian dari Gereja diajak untuk berani menghadapi tantangan zaman.

Ketangguhan keluarga diukur dari seberapa besar kekuatan yang mereka miliki untuk  melewati berbagai persoalan, bukan dari berapa banyak materi yang mereka utuhkan untuk bertahan. Keluarga Katolik yang sejati harus membawa kabar kasih kepada sesama yang menderita. Pengalaman luka akibat pandemi tentunya tidak dipandang sebagai murka Allah, tetapi sebagai pertanyaan iman, apakah iman kita kepada Allah tetap subur meski berada dalam situasi krisis?

Baca juga :  Find the Courage to Follow Him

Semangat iman kita adalah umbul-umbul dalam menyambut kelahiran penyelamat. Ini menjadi sirine bagi kita untuk tetap hidup dalam bingkai kemurahan Allah dengan tetap membantu dan melayani sesama. Kelahiran Anak Manusia adalah sukacita Gereja. Oleh karena itu, keluarga sebagai bagian dari Gereja patut menyambut kedatangan-Nya dengan sukacita pula.

“Menjadi Keluarga yang Berbenah dan Berubah” (Luk 3:1-6)

Masa Adven adalah masa untuk berbenah dan berubah. Pada masa ini, semua anggota Gereja harus mampu berbenah diri. Kain ungu yang sudah menghiasi altar Gereja hendaknya tidak hanya dimengerti sebagai simbol pertobatan, melainkan sebagai tanda dimulainya sebuah sikap nyata untuk bertobat. Dampak pandemi yang membawa keluarga Katolik pada pengalaman krisis iman juga harus segera dipulihkan.

Masa Adven mendorongan kita secara rohani untuk merekonsiliasi situasi krisis ini dengan jalan perubahan dan berbenah diri. Keluarga diajak menyadari pentingnya berbenah dan memperbaiki segala kesalahan baik di dalam keluarga maupun di lingkungan sosialnya, khususnya berkaitan dengan permasalahan psikologi dan komunikasi. Ajakan untuk pertobatan ini tentu membutuhkan kesadaran bahwa kita sebagai anggota keluarga adalah “PRIBADI YANG RAPUH”. Kesadaran kerapuhan setiap pribadi  yang seringkali “terabaikan” ini harus segera diubah dan dibenahi. Setiap pribadi diajak untuk mengevaluasi dan merefleksikan diri dalam proses pertobatan serta membangun kembali kehangatan dalam keluarga akibat konflik sebagai akibat dari perbedaan pendapat, kurangnya apresiasi terhadap peran dalam keluarga dan berbagai persoalan lain yang telah merenggangkan relasi sesama anggota keluarga.

Baca juga :  Pergilah Juallah Segala Milikmu!

Keluarga harus lebih sering disapa untuk membangun atmosfer cinta kasih dengan terus menciptakan habitus baru melalui doa bersama, diskusi, komunikasi yang hangat, dengan tetap membangun sikap tanggung jawab, kesabaran dan harapan-harapan yang positif antar keluarga. Dengan ini, sikap pribadi dalam keluarga diharapkan mampu menciptakan situasi batin yang bersih untuk menyambut kedatangan Yesus, Sang Juru Selamat.

Pada akhirnya Adven yang dibingkai dengan semangat pertobatan dan juga cinta kasih dalam keluarga akan terwujud menjadi Kasih yang mendamaikan dan menyelamatkan serta mempersiapkan setiap pribadi sebagai anggota keluarga untuk  menyambut kedatangan sang Juru Selamat, Yesus Kristus. Utinam!