Oleh: Rio Nahak, CMF*
Rabu Pekan Biasa XVII
Bacaan Injil: Mat. 13:44-46
Sahabat Pena Claret yang terkasih. Jumpa lagi di Rabu yang bahagia. Sebelum mengudara bersama Sabda Allah, mari kita seruput kopi dulu. Kalau sudah, mari kita mulai!
Kita awali renungan ini dengan sebuah cerita. Seorang mantan pemain sepak bola Manchester United bernama Philip Mulryne memilih untuk meninggalkan lapangan hijau dan memulai sebuah babak hidup yang baru di dalam biara. Ia kemudian ditahbiskan menjadi imam pada Sabtu, 17 juli 2017.
Selama bermain bersama tim Setan Merah (julukan tim Manchaster United), Mulryne cukup sukses. Dia pernah membawa si Setan Merah menjuarai Piala FA pada tahun 1995. Mulryne kemudian mengakhiri kariernya di lapangan hijau bersama tim Kings Lynn. Setelah berhenti dari dunia sepak bola, Mulryne kemudian masuk seminari dan akhirnya ditahbiskan menjadi imam oleh Uskup Agung Joseph Augustine di Noia.
Berhadapan dengan cerita-cerita demikian, kita mungkin bertanya apa yang membuat mereka meninggalkan kehidupan yang sebenarnya sangat menjanjikan? Apakah semua pencapaian itu tidak berharga? Kita bisa menemukan jawaban itu pada bacaan injil yang kita dengar pada hari ini.
Yesus menggambarkan Kerajaan Surga seperti harta yang terpendam di ladang dan ditemukan oleh seseorang. Ia kemudian menjual segala miliknya dan membeli semua ladang itu (Mat 13:44). Selain itu Yesus juga menggambarkan Kerajaan Surga seperti seorang pedagang yang mencari mutiara yang indah. Setelah menemukan mutiara itu, ia kemudian menjual semua hartanya dan membeli mutiaranya (Mat 13:45-46).
Yesus, dalam bacaan injil hari ini mengajarkan kita untuk selalu memiliki prioritas. Karier, harta, dan keluarga memang penting, namun sebagai orang yang beriman, kita harus selalu menanamkan dalam diri bahwa hal itu bukan menjadi tujuan atau prioritas utama kita. Kita memiliki tujuan yang lebih besar yaitu Kerajaan Allah.
Mantan pemain Manchester United, Mulryne dapat kita jadikan suatu contoh bahwa Kerajaan Alah adalah prioritas utama. Dia menyadari bahwa apa yang dikatakan Yesus menjadi sesuatu yang perlu diperjuangkan. Segala sesuatu yang telah ia dapat merupakan sarana baginya untuk menuju ke Kerajaan Allah.
Karier dan harta bukan menjadi penghalang untuk mencari kerajaan Allah. Si pedagang dalam bacaan tadi menjadikan hartanya sebagai sarana untuk mendapat mutiara itu. Mari kita terus mencari Kerajaan Allah karena dengan mencarinya kita memperoleh selamat.
*Penulis adalah seorang Misionaris Claretian sekaligus mahasiswa di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, program studi Filsafat Keilahian. Ia Pencinta novel karya Tere Liye dan berasal dari kota Karang, Kupang, NTT.
ClaretPath.Com adalah ruang pengembangan bakat menulis dan media kerasulan, terinspirasi dari Santo Antonius Maria Claret, Pelindung Pers Katolik.