ClaretPath.com – Paus Fransiskus menambahkan satu altar lagi di dalam Gereja Katolik. Altar itu adalah altar ketamakan. Yang membuat altar ini adalah orang yang rakus tak terkendali untuk memiliki. Orang seperti ini selalu berhasrat untuk kaya.
Mengapa disebut altar? Paus Fransiskus menyebutnya altar karena hal-hal material, uang, dan kekayaan dapat menjadi kultus, penyembahan berhala yang benar dan pantas. Itulah sebabnya Tuhan Yesus mengingatkan kita dengan Sabda-Nya yang keras.
Dia bersabda: “Kamu tidak dapat (sekaligus) menyembah kepada Allah dan kepada mamon*” (Luk 16:13). Menafsirkan ayat ini, Paus Fransiskus mengatakan, “Berhati-hatilah!”
Mengapa harus berhati-hati? Karena mamon paling berbahaya. Lawan dari mamon adalah Allah. Itulah sebabnya berhadapan dengan mamon, kita harus berhati-hati.
Perhatikan dengan cermat Sabda Tuhan Yesus! Kata apa saja yang Dia gunakan dalam membuat perbandingan?
Menurut Paus Fransikus, “Dia tidak menyebut Allah dan setan, juga bukan yang baik dan yang buruk, tetapi Allah dan mamon” (Lih. Luk 16:13). Jadi, Tuhan Yesus tidak berkata, kamu tidak dapat menyembah dua tuan, yaitu Allah dan setan. “Bukan!” kata Paus Fransiskus, melainkan “Allah dan mamon“.
Mamon siap melayani kita, OK! Akan tetapi, sebaliknya, kita melayani mamon, JANGAN! Jika kita melayani mamon, itulah penyembahan berhala, sebuah perlawanan kepada Allah.
Sampai di sini kita sudah memahami bahwa jika kita menjadikan mamon sebagai fokus kita semata, itu berarti kita sedang menciptakan altar. Dengan demikian, kita tidak lagi menyembah Allah, tetapi mamon. Hal yang membuat kita menjadikan mamon sebagai objek penyembahan kita, yaitu ketamakan. Itulah sebabnya Paus Fransiskus menyebutnya altar ketamakan.
Ketamakan sebagai Penyakit Penghancur Masyarakat
“Apa itu ketamakan?” tanya Paus Fransiskus kepada para audiens yang hadir di Saint Peter’s Square pada hari Minggu, 31 Juli 2022. “Ketamakan adalah kerakusan tak terkendali untuk memiliki, selalu berhasrat untuk kaya,” lanjut Paus. Oleh karena itu, ketamakan merupakan penyakit yang menghancurkan masyarakat.
Alasannya jelas, rasa lapar akan harta benda menciptakan kecanduan. Persis ketika seseorang sudah kecanduan dia akan lupa diri dan orang lain. Orang yang sudah kecanduan akan harta benda tidak peduli pada kehidupan orang lain. Satu-satunya yang dihasrati hanyalah mengumpulkan dan memiliki sebanyak-banyaknya.
Di atas segalanya, mereka yang memiliki banyak tidak pernah merasa puas, mereka selalu menginginkan lebih, dan hanya untuk diri mereka sendiri. Akan tetapi, mereka yang hidup seperti ini tidak bebas. Alih-alih ingin menjadi tuan, mereka justru menjadi budak.
Sebenarnya mereka ingin punya banyak harta supaya hidup tenang, tetapi sayang sekali, mereka justru selalu gelisah dan hidupnya menjadi tidak tenang. Alih-alih ingin dilayani uang, mereka justru menjadi hamba uang.
“Ketamakan sungguh merupakan penyakit bagi masyarakat,” tegas Paus Fransiskus. Di zaman kita ini, kita temukan sebuah paradoks. “Ketidakadilan tidak pernah terlihat di dalam sejarah,” jelas Paus, “segelintir orang memiliki banyak dan banyak orang memiliki sedikit bahkan tidak punya apa-apa”.
Cara hidup seperti ini sungguh merusak tatanan masyarakat. Yang kaya akan semakin kaya, sedangkan yang miskin akan semakin miskin.
Kaya menurut Versi Allah
“Barangkali ada orang yang berpikir, apakah tidak boleh ada orang kaya?” gugat Paus Fransiskus. Tentu saja boleh, setiap orang berhak kaya.
“Menjadi kaya itu indah, tetapi kaya menurut versi Allah! Allah adalah pribadi terkaya melebih siapapun. Dia kaya dalam belas kasih, dalam belas kasihan. Kekayaannya tidak memiskinkan siapapun, tidak menciptakan pertengkaran dan perpecahan. Inilah kekayaan yang tahu bagaimana memberi, mendistribusikan, berbagi….” demikian tegas Paus Fransiskus.
“Mari kita bertanya pada diri kita!” ajak Paus Fransiskus. “Bagiku, bagaimana saya ingin kaya? Apakah saya ingin kaya menurut versi Allah atau menurut versi ketamakanku?”
Tidak terkecuali, mari kita pertimbangkan perang dan konflik. Nafsu akan sumber daya dan kekayaan hampir selalu melatarbelakanginya. Berapa banyak kepentingan di balik perang? Tentu saja, salah satunya adalah perdagangan senjata. Perdagangan ini merupakan skandal yang jangan pernah kita abaikan!
Kita juga bisa bertanya tentang harta warisan. “Berapa banyak saudara dan saudari, anggota keluarga, yang sayang sekali, berselisih di antara mereka karena warisan, barangkali sudah lama tidak saling bicara satu sama lain!” gugat Paus Fransiskus.
Bagi Paus Fransiskus, ketamakan merupakan penyebab utama dari semuanya. Ketamakan yang ada di dalam hati setiap orang merupakan pusatnya.
Pertanyaannya: “Apakah saya tahu bagaimana saya puas dengan apa yang saya miliki?” Kita hanya bisa puas dengan apa yang kita miliki jika kita menempatkan Allah dalam setiap usaha kita. Kalaupun kita ingin kaya, hendaklah kita kaya menurut versi Allah, bukan versi ketamakan kita.
Teks selengkapnya dapat ditemukan di sini:
https://www.vatican.va/content/francesco/en/angelus/2022/documents/20220731-angelus.html
***
Keterangan:
*mamon dalam tulisan ini menerjemahkan kata Bahasa Inggris wealth, sehingga dalam konteks ini disama-artikan dengan berkelimpahan harta benda atau kekayaan. (Sumber: https://www.etymonline.com/word/wealth).
Pecinta Literasi