Antara Rambutan dan Hati yang Najis

Rabu, 09 Februari 2021, Pekan Biasa V

Bacaan Injil: Markus 7:14-23

Penaclaret.com – Sahabat-sahabat Pena Claret yang dicintai Tuhan. Kemarin sore ketika melakukan pembersihan di lingkungan komunitas, saya dan frater Chen memetik beberapa buah rambutan di kebun. Buah rambutan itu kelihatan sangat segar meskipun ada sedikit semut hitamnya. Saya mengambil salah satu buah rambutan yang paling besar. Saya berpikir bahwa rambutan yang dipilih itu akan memberi kepuasan yang luar biasa. Namun, ternyata apa yang menjadi imajinasi tidak sesuai dengan fakta. Sambil mengupas kulit rambutan dengan niat untuk makan yang tinggi, saya terkejut karena daging buahnya busuk. Padahal kulit bagian luarnya begitu bagus. Saya akhirnya membuangnya ke tempat sampah.

Sahabat-sahabat Pena Claret yang terkasih, pengalaman ini bagi saya memiliki hubungan dengan kisah bacaan Injil hari ini. Yesus, dalam Injil hari ini mengajar orang banyak tentang kenajisan. Kata najis memiliki kesamaan dengan “kotor” atau “haram.” Apa yang dapat menajiskan manusia?

Baca juga :  Berbagi Cinta

Sahabat-sahabat Pena Claret yang budiman, kegelisahan mengenai halal dan haram yang diperdebatkan oleh orang-orang Yahudi menjadi kegelisahan para murid. Berkaitan dengan ini Yesus berkata: “Apa pun dari luar, yang masuk ke dalam seseorang, tidak dapat menajiskannya tetapi apa yang keluar dari seseorang itulah yang menajiskannya”. Dalam hal makanan dan minuman, dikatakan bahwa segala sesuatu dari luar yang masuk ke dalam seseorang tidak dapat menajiskannya, karena bukan masuk ke dalam hati tetapi ke dalam perut lalu dibuang di jamban. Yesus melalui ajaran-Nya ingin menegaskan bahwa yang najis adalah apa yang keluar dari hati kita, seperti iri hati, dengki, sumpah serapah, dendam, dan ketidakadilan.

Sahabat-sahabat Pena Claret yang baik hati, sadar atau tidak, hati kita kadang seperti buah rambutan. Di luar kelihatan begitu bagus tetapi di dalamnya ada yang busuk. Oleh karena itu, apa yang terjadi pada zaman Yesus di mana otoritas agama sering digunakan untuk menentukan halal dan najis demi kepentingan tertentu juga kita mengalami saat ini. Tidak dapat dipungkiri bahwa mereka yang sering aktif dalam kegiatan baik dalam gereja maupun sosial yang seharusnya mengantar orang kepada kebijaksanaan malah sering kali mengumbar kebencian, permusuhan, dan aturan-aturan yang mengkerdilkan semangat persaudaran. Mereka yang kita percaya sebagai sumber kebijaksanaan terkadang malah dengan berkobar-kobar menyampaikan berita bohong, kebencian, penghinaan, dan sumpah serapah. Sesuatu akan menjadi najis ketika dari hati kita keluar hal-hal yang tidak bijak, sehingga menimbulkan pertentangan, kebencian, dan sakit hati.

Baca juga :  Apakah Aku Seorang Hamba yang Baik atau Hamba yang Jahat?

Sahabat-sahabat Pena Claret yang dicintai Tuhan,  masih ada kesempatan untuk memurnikan dan menghalakan hati kita. Untuk bisa menghalakan hati, mari kita tunjukkan keaslian diri dalam menjalani kehidupan agar apa yang dilakukan sesuai dengan apa yang dipikirkan. Kejujuran dalam memberi diri semata-mata demi menjadikan kita pribadi yang lebih baik dan disenangi Tuhan. Karena niat yang baik dapat selalu dimiliki oleh setiap orang kalau semua yang dilakukan itu semata-mata untuk “menyenangkan” Tuhan. Hanya Tuhan yang mengetahui isi hati kita sedangkan sesama kita bisa menilai kita tetapi hanya bagian luarnya.

Baca juga :  Menjadi Misionaris Kristus

Sahabat-sahabat Pena Claret yang terkasih, saya merenungkan bahwa pengalaman buah rambutan yang busuk memberikan sebuah pelajaran yang berharga. Bahwasannya segala buah yang bagus dari kulit luarnya belum tentu sama dengan isinya. Mari kita membersihkan hati kita dari berbagai kebusukan agar apa yang keluar dari dalam hati memberikan energi positif bagi orang lain.