Hari Selasa Pekan Biasa Ke-XXV, 26 September 2023
Bacaan I: Ezr. 6:7-8,12b,14-20
Bacaan Injil: Lukas 8:19-21
Claretpath.com-Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus, kedua narasi suci yang diperdengarkan pada kita di hari ini sangat menarik untuk kita refleksikan bersama. Dalam bacaan pertama yang diambil dari kitab Ezra menceritakan tentang orang Israel, para Imam, orang-orang Lewi dan orang-orang lain yang pulang dari pembuangan, merayakan pentahbisan Rumah Allah dengan sukaria. Mereka mempersembahkan kurban sebagai penghapus dosa bagi seluruh orang Israel.
Menarik sekali untuk kita refleksikan bersama terkait kisah di atas bahwa dalam menjalani hidup, kita pun sering jatuh dalam berbagai pencobaan yang membuat kita tinggal jauh dari Tuhan. Namun, Tuhan begitu baik sehingga Dia tidak merelakan kita untuk tetap jauh dari-Nya. Pertobatan adalah salah-satu kunci untuk kita sadari bersama untuk tetap menjalin relasi spiritual yang baik dengan Tuhan. Kita harus membangun kembali Rumah Tuhan yang telah roboh yang ada dalam diri dan hati kita masing-masing. Pertobatan yang kita sadari hendaknya mampu menguduskan kita untuk selalu bersukaria dalam nama-Nya, layaknya orang-orang Israel yang pulang dengan gembira dari pembuangan.
Kita pun bisa melihat dalam hidup dan panggilan kita. Mungkin sebelum berada dalam jalan panggilan ini kita adalah satu dari sekian banyak orang yang pernah mengalami posisi seperti orang-orang Israel. Kita sungguh menjauh dari-Nya dan hal itu membuat kita jatuh dalam berbagai hal yang tidak baik. Namun, Tuhan yang adalah Maha Pengasih tidak membiarkan kita untuk terlarut dalam posisi seperti itu. Dia senantiasa memanggil kita untuk menyadari bahwa kita sedang dipanggil-Nya untuk memperbaiki “tubuh kita” yang telah rusak ini. Dia memanggil kita untuk “membedah” kembali “tubuh Tuhan” yang ada dalam diri dan hati kita ini dengan pertobatan. Dengan demikian “tubuh” kita yang telah bersih ini hendaknya mampu kita salurkan atau bagikan kepada orang lain lewat tugas dan pelayanan kita sebagai seorang pengikut Kristus di mana dan kapan saja kita berkarya.
Sementara itu, dalam bacaan Injil hari ini, Yesus berkata “Ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku ialah mereka yang mendengarkan Firman Allah dan melakukanya”. Perkataan Yesus ini mau menunjukkan kepada kita suatu pengertian yang luas mengenai saudara. Bagi Yesus pengertian saudara bukan pertama-tama pada hal-hal yang lahiriah atau pertalian darah. Yesus menunjukkan bahwa prinsip dan ukuran persaudaraan yang sejati adalah orang yang melaksanakan kehendak Allah atau dengan kata-kata lain orang-orang yang taat pada kehendak Allah merupakan saudara-saudara Yesus. Kata-kata Yesus tersebut tentu mampu menyatukan siapa pun. Dalam menjalani hidup terkadang kita memilih teman yang seiman, hal ini dapat kita lihat dalam pengalaman-pengalaman kita waktu berada di bangku sekolah menengah pertama maupun sekolah menegah atas atau bahkan bagku kuliah hingga bangku kerja. Kita sering kali memilih-milih teman terutama yang seiman. Kita menyadari bahwa perbuatan kita tersebut sangat bertentangan dengan apa yang diajarkan oleh Tuhan Yesus hari ini. Melalui Injil hari ini dan juga masa formasi yang telah kita lewati dalam pelbagai dinamika dan perjuangan hidup harian setiap kita, mengajarkan kita bahwa ikatan persaudaraan kita tidak lagi dibatasi atas dasar identitas atau kekerabatan berdasarkan darah. Yesus dalam Injil-Nya mau menegaskan atau memberi suatu pengertian baru kepada kita untuk meletakkan suatu standar baru dengan membangun sebuah persekutuan dan persaudaraan yang baru, yakni kekerabatan spiritual bukan sekadar pertalian biologis.
Sebagai seorang pengikut Kristus, kita diajak untuk mengikuti teladan Sang Guru yang selalu mentaati kehendak Allah Bapa dalam Roh Kudus. Kita harus menanamkan dalam diri kita bahwa hidup yang telah dianugerahkan Tuhan ini harus selalu ditandai dengan kesetiaan pada kehendak Allah, sebab kehendak Allah akan mengarahkan kita untuk selalu melakukan hal-hal yang baik. Semoga***
ClaretPath.Com adalah ruang pengembangan bakat menulis dan media kerasulan, terinspirasi dari Santo Antonius Maria Claret, Pelindung Pers Katolik.