Terang | Renungan Harian

Panggilan mengikuti Yesus adalah panggilan yang radikal. dipanggil untuk meninggalkan banyak hal untuk melepaskan segala kelekatan: rumah, keluarga, kekayaan dan sebagainya. Tetapi Yesus akan membalasnya seribu kali lipat. karena itu marila merenungkan renungan hari ini yang berjudul "Mengikat Janji Demi Panggilan"
Mengikat Janji Demi Panggilan. Picture by muridsejati.com

Minggu, 02 Januari 2022, Hari Raya Penampakan Tuhan dan Hari Anak Misioner Sedunia

Bacaan I         : Yes. 60:1-6

Bacaan II       : Ef. 3:2-3a, 5-6

Bacaan Injil   : Mat. 2:1-12

PenaClaret.com – Ziarah hidup kita memasuki tahun 2022. Di awal tahun seperti ini, nostalgia akan masa lalu masih sering menghantui budi dan hati kita. Mungkin ada rasa syukur yang tak ternilai harganya. Atau juga tercipta rasa sesal yang tidak ada duanya. Dua disposisi batiniah ini akan selalu menghiasi hati-budi ketika berhadapan dengan saat-saat seperti saat ini. Akan tetapi, dua hal ini tersingkap sejauh kita mengambil beberapa waktu dari seluruh waktu yang ada untuk mengambil jarak dari kehidupan kita, merenungi, dan pada akhirnya memaknainya demi ziarah hidup kita saat ini dan ke depan. Peremengungan terhadap seluruh dinamika hidup kita di tahun 2021 menjadi fondasi berharga untuk menjalani kehidupan di 2022. Bacaan-bacaan suci hari ini dapat menjadi kerangka hermeneutik kita melihat dan menafsirkan kehidupan kita.

Baca juga :  Kristus dan Pembunuhan Berencana

Ketiga bacaan hari ini berbicara tentang terang. Dalam kegelapan, terang itu sangat dirindukan. Terang membantu kita melihat dan memahami situasi sekitar. Selebihnya, kita tidak terantuk atau terhindar dari berbagai kemungkinan buruk yang tidak diinginkan. Ketiga raja dari Timur bisa mencapai bayi mungil Yesus dalam palungan karena mengikuti petunjuk terang bintang. Pengalaman para raja dari Timur ini menginspirasi kita untuk melihat bahwa ketika manusia mencari terang, sang terang sendiri yang akan membimbing kita. Terang ini bisa dimaknai dalam berbagai bentuk, yakni kebaikan, kebenaran, keindahan, dan kesucian.

Perjumpaan dengan terang pada akhirnya mereorientasi penghayatan hidup entah pada ranah epistemologis entah pada ranah etis. Para raja dari Timur, setelah berjumpa dengan Sang Terang, menempuh jalan yang lain. Reorientasi semacam ini telah dikumandangkan oleh nabi Yesaya berabad-abad sebelum kelahiran Kristus, “Bangkitlah, menjadi teranglah sebab terangmu datang dan kemuliaan Tuhan terbit atasmu” (Yes. 60:1). Perjumpaan atau pengalaman akan Sang Terang mengejutkan manusia dengan kebaruan-kebaruan. Pola pikir dan laku hidup yang baru pada akhirnya menjadi sebuah kesaksian Kristiani yang otentik pada masa ini. Terkadang kita mungkin bertanya seperti Maria bagaimana itu mungkin? Rasul Paulus mengingatkan kita, Roh Kudus memiliki daya untuk mewujudnyatakan pengalaman ini. Melalui Roh Kudus semua kita telah diangkat menjadi anak-anak Allah (Bdk. Ef. 3:5-6).

Baca juga :  Sindrom Hipokrasi

Sahabat Pena Claret yang terkasih. Di awal tahun seperti ini, kita pasti bermenung. Kita melihat kekuatan dan kelemahan masa lalu. Kekuatan dijadikan sebagai fondasi kita menatap harapan dan cita-cita yang kita perjuangkan selama ini. Kita juga belajar untuk mengolah diri sehingga kelemahan yang sama tidak menjadi batu sandungan berbagai perjuangan kita. Sebagai orang-orang Kristiani, kita dipanggil untuk membangun dan mendasarkan permenungan kita pada Sang Terang, yakni Yesus Kristus sendiri. Bagaimanapun finalitas dari permenungan ini, kita tetap berusaha. Akan tetapi, pada saat yang sama memasrahkan diri pada penyelenggaraan Allah melalui Roh Kudus-Nya. Selamat bermenung, Tuhan memberkati kita semua… Amin.