Hari Senin Pekan Biasa Ke-XXVIII, 09 Oktober 2023
Bacaan I: Yun. 1:1-17; 2:10
Bacaan Injil: Luk. 10:25-37
Peringatan: St. Dionisius, Uskup dkk, Martir, dan St. Yohanes Leonardus, Imam
Claretpath.com-Para sahabat claretpath yang terkasih dalam Kristus Yesus, Kitab Yunus 1:1-17 menggambarkan bagaimana Yunus menerima panggilan dari Tuhan untuk pergi ke kota Niniwe dan memberitakan pesan-Nya kepada penduduknya. Namun, Yunus menolak dan mencoba melarikan diri dari panggilan Tuhan dengan naik ke kapal yang malah bertolak ke arah yang berlawanan. Namun, Tuhan mengirim badai besar yang mengancam kapal, dan orang-orang di kapal menyadari bahwa Yunus adalah penyebabnya. Yunus kemudian dilemparkan ke dalam laut dan ditelan oleh ikan besar.
Di dalam perut ikan itu, Yunus berdoa kepada Tuhan dan menyadari kesalahannya dalam dan telah melarikan diri dari panggilan Tuhan. Ia berjanji untuk taat dan mau bekerja sama dengan Tuhan jika hanya diberi kesempatan untuk keluar dari perut ikan tersebut. Tuhan kemudian memerintahkan ikan tersebut untuk memuntahkan Yunus ke daratan, dan Yunus dibebaskan.
Poin penting dari cerita Yunus ini adalah pentingnya taat kepada panggilan Tuhan dan tanggung jawab kita sebagai hamba-Nya. Yunus awalnya mencoba melarikan diri dari panggilan Tuhan, tetapi akhirnya ia belajar untuk taat. Ini mengajarkan kita tentang pentingnya kesetiaan kepada Tuhan dan bahwa kita tidak dapat menghindar dari tugas yang Dia berikan kepada kita.
Selain itu, cerita Yunus juga menggambarkan kasih dan belas kasih Tuhan yang mengampuni. Meskipun Yunus melakukan kesalahan dengan melarikan diri, Tuhan masih memberinya kesempatan untuk bertobat dan kembali taat.
Ini adalah pelajaran yang bisa kita ambil dari cerita Yunus ini dalam konteks kehidupan kita sendiri. Penting untuk mendengarkan panggilan Tuhan dan menjalankan tugas-tugas yang Dia berikan kepada kita dengan taat, dan jika kita melakukan kesalahan, kita selalu memiliki kesempatan untuk bertobat dan kembali kepada-Nya.
Sedangkan dalam bacaan Injil yang diambil dari Injil Lukas 10:25-37; adalah salah satu perumpamaan yang paling terkenal dalam Perjanjian Baru, yaitu perumpamaan tentang orang Samaria yang baik hati. Cerita ini sering dikenal sebagai “Perumpamaan Tentang Orang Samaria” atau “Perumpamaan Tentang Pembantu yang Baik.” Ini adalah kisah yang mengajarkan tentang kasih sayang, belas kasihan, dan cinta sesama.
Dalam cerita ini, seorang ahli Taurat bertanya kepada Yesus, “Siapakah sesamaku?” dan Yesus merespons dengan perumpamaan tentang seorang orang yang diserang oleh perampok di jalan. Dua orang pertama yang melewati korban tersebut, seorang imam dan seorang orang Lewi, mengabaikannya dan tidak memberikan pertolongan. Namun, seorang Samaria yang biasanya tidak bersahabat dengan orang Yahudi datang dan memberikan pertolongan kepada korban tersebut. Ia merawat luka-lukanya dan membawanya ke penginapan, bahkan memberikan uang kepada penginapan tersebut untuk merawatnya. Dari kisah orang Samaria yang baik hati ini mengajarkan kita bahwa belas kasihan dan cinta Tuhan tidak mengenal batasan ras, agama, atau etnis. Ini mengingatkan kita bahwa kita harus siap memberikan pertolongan kepada siapa saja yang membutuhkan, tanpa memandang latar belakang mereka. Orang Samaria ini tidak hanya memberikan pertolongan dasar kepada korban, tetapi juga merawatnya dengan baik dan memberikan sumber daya tambahan. Ini mengajarkan bahwa tidak ada batasan untuk kebaikan yang dapat kita lakukan. Ketika kita melihat seseorang yang membutuhkan bantuan, kita seharusnya tidak hanya memberikan bantuan secara minimalis, tetapi melakukan yang terbaik yang kita bisa.
Secara keseluruhan, Lukas 10:25-37 adalah cerita yang kuat tentang kasih sayang, belas kasihan, dan cinta sesama yang universal. Ini mengingatkan kita untuk melihat di luar perbedaan dan memberikan pertolongan kepada siapa saja yang membutuhkan, dan untuk bertindak dengan kasih dan belas kasihan dalam setiap aspek kehidupan kita. Semoga……….
ClaretPath.Com adalah ruang pengembangan bakat menulis dan media kerasulan, terinspirasi dari Santo Antonius Maria Claret, Pelindung Pers Katolik.