Sindrom Hipokrasi

Sumber Gambar: https://www.istockphoto.com/id/foto/kisah-kemunafikan-benar-gm180698732-22301113

PEKAN PRAPASKAH II (UNGU)

Sta. Lousia de Marrillac

BACAAN I: Yes. 1:10.16-20

MAZMUR: 50:8-9.16bc.17.21.23;

BACAAN INJIL: Matius 23:1-12

Penaclaret.com – Di negara Kongo terdapat sebuah Komunitas yang bernama La Sape. Komunitas ini terdiri dari sekumpulan orang-orang kurang mampu tetapi memiliki gaya hidup bak konglomerat. Orang-orang yang tergabung dalam komunitas ini disebut Sapeur yang berarti berpakaian dengan kelas tinggi. Setiap akhir pekan, para sapeur berkumpul di tepi jalan yang biasanya terdapat kerumunan orang banyak untuk memamerkan busana mewah, trend dan bermerek yang mereka kenakan. Bahkan mereka (red: sapeurs) rela tidak makan dan menjadi miskin hanya untuk tetap memenuhi kebutuhannya hanya untuk membeli pakaian branded. Motivasi yang mendorong mereka melakukan hal ini ialah semata-mata untuk menarik  perhatian banyak orang dan mendapatkan pengakuan bahwa mereka keren.

Gaya hidup kelompok La Sape yang kontras dan kurang autentik tersebut kurang lebih juga menggambarkan gaya hidup orang-orang Farisi dan para ahli Taurat yang dikisahkan dalam bacaan Inil hari ini. Sebagai ahli hukum Musa, orang-orang Farisi dan para ahli Taurat terlihat menawan dalam penampilan dan juga pengajaran. Tetapi,Yesus membongkar setiap detil kebobrokan tindakan mereka. Kepada orang banyak dan kepada para murid-Nya, Yesus bersaksi bahwa orang Farisi dan Ahli Taurat adalah aktor rohani yang penuh dengan kemunafikan (lih.Mat 23:5;6;7) sebab semua yang mereka kenakan dan ajarakan ialah supaya dilihat orang (artinya munafik). Kemunafikan atau hipokrasi (Yunani, ὑπόκρισι-hypokrisis) adalah sikap hidup manusia yang tidak konsisten demi terwujudnya kepentingan sesaat.

Baca juga :  Tentang Diri | Renungan Harian

Sahabat Pena Claret yang terkasih, bacaan Injil hari ini mengingatkan kita untuk waspada terhadap bahaya orang-orang munafik. Budaya La Sape atau sosok seperti para ahli Taurat dan orang Farisi adalah trend kehidupan yang mudah kita jumpai. Banyak orang berpura-pura dalam kehidupan rohani. Dengan jabatan, kekuasaaan, dan “busana” rohani orang dapat terlihat saleh dan menciptakan kesan baik. Kehadiran mereka hampir begitu sulit kita kenali. Mereka dapat saja menjelma sebagai orang terdekat kita; entah sebagai sahabat, keluarga bahkan yang kita anggap cinta sejati sekalipun. Kita perlu berhati-hati tidak hanya agar kita tidak menjadi korban tetapi terutama agar kita sendiri tidak menjadi munafik. Sebab apabila kita egois, gila hormat, menginginkan kedudukan yang tinggi, suka menghakimi dan suka dipuji; berarti kita sedang dirasuki sindrom kemunafikan orang-orang Farisi dan ahli Taurat.

Baca juga :  Kasih: Tolerasi dan Solidaritas

Allah adalah Sang Mata. Autentisitas diri itu sangat penting dan berguna bagi kehidupan dan keselamatan jiwa kita.“Tidak ada sesuatupun yang tertutup yang tidak akan dibuka dan tidak ada sesuatupun yang tersembunyi yang tidak akan diketahui” (Luk 12:2). Di hadapan sesama, kita dapat menyembunyikan keaslian diri kita. Tetapi ingat! kita sekali-kali tidak akan dapat membohongi Allah. Ia melihat keseluruhan hidup kita. Allah mengingini kita berintegritas dalam iman. Pikiran, perkataan dan perbuatan kita mesti selaras dengan kehendak-Nya. Kuasa dan jabatan tidak semestinya menjadikan kita sebagai yang terbesar dan yang paling benar. Tetapi menjadikan kita sebagai yang paling kecil dan kerdil agar kita dapat melayani Tuhan dan sesama. Semoga Tuhan membantu kita.