Hari Selasa Pekan Biasa XXIV
Pesta Salib Suci
Bacaan I: Bilangan 21:4-9
Bacaan II: Filipi 2:6-11
Bacaan Injil: Yohanes 3:13-17
Penaclaret.com – Sahabat Pena Claret yang terkasih. Saya yakin iman dan imun kita masih terjaga. Untuk menambah iman dan imun, mari kita bertolak bersama Sabda Allah sambil tersenyum. Hari ini kita bersukacita bersama karena Gereja merayakan Pesta Salib Suci. Dalam suasana kebahagiaan saya akan memulai renungan ini. Saya ingin memulainya dengan menjelaskan apa itu salib.
Kata salib diambil dari bahasa Yunani σtάupos (Stauros). Kata ini berasal dari kata kerja σtάupow yang berarti menyalibkan. Pada Zaman Yesus, salib digunakan untuk menyiksa penjahat yang melanggar peraturan. Ini adalah lambang penghinaan yang paling keji.
Baca Juga:
Dalam kehidupan kita sebagai orang Kristiani, salib memiliki makna yang sangat istimewa. Salib adalah tanda keselamatan. Dengan peristiwa Yesus disalibkan kita diangkat kembali menjadi anak-anak Allah. Salib menjadi jembatan bagi kita untuk menyebrangi jurang dosa menuju ke kesucian bersama Allah.
Dalam Bacaan Injil hari ini, penginjil Yohanes dengan jelas mengatakan kepada kita bahwa Yesus ditinggikan di atas salib agar setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal. Salib adalah tanda kasih Allah yang sangat besar kepada Dunia. Satu-satunya alasan mengapa Yesus disalibkan adalah kasih.
Baca Juga:
Ancaman “Turunkan Pejabat Negara” : Karena Kebencian Atau Demi Rakyat
Sampai di sini kita bisa memahami bahwa salib itu bukan penghinaan. Ketika Yesus dipaku pada salib, salib mengalami perubahan makna. Dengan demikian kita bisa memahami bahwa salib itu baru bermakna ketika Yesus digantung di atasnya. Keistimewaan salib terletak bukan pada salib itu sendiri tetapi pada diri Yesus yang digantung di sana. Yesus mengosongkan diri untuk mati di kayu salib sebagai bentuk cinta demi menyelamatkan manusia dari dosa.
Dengan kematian Yesus di atas kayu salib maka semua kuasa baik di langit maupun di dunia akan bertekuk lutut di hadapan-Nya. Dosa kembali dikalahkan dan Allah kembali ditinggikan. Semua ini adalah karya Allah karena dia mengasihi kita. Allah sendiri yang meninggikan Yesus menjadi penguasa langit dan bumi. Dengan demikian semua lidah akan mengakui bahwa Yesus adalah Tuhan.
Baca Juga:
Allah telah mengasihi kita. Dia mau menjadi hina demi kita merasakan cinta. Dia mau menjadi lemah demi kita tinggal dalam kemah. Dia mau menjadi rendah demi kita memperoleh surga. Masihkan kita punya alasan untuk tidak berbagi cinta?
Mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, program studi Filsafat Keilahian. Pengagum karya Tere Liye. Berasal dari kota Karang, Kupang, NTT.