ClaretPath.com – Renungan Harian 07 Mei 2024
Bacaan I: Kis. 16:22-34
Bacaan Injil: Yoh. 16:5-11
Perpisahan yang menguntungkan
Ketika berjalan di sekitar kampung Pojok, Yogyakata saya menemukan sebuah tulisan di tembok rumah demikian, “Hidup ini selamanya indah kalau kita pandai bersyukur dan kita ikhlas menerima skenario Tuhan, apa pun bentuknya.” Saya heran melihat tulisan itu. Kenapa tembok bagus ditulis dengan dua kalimat ini? Kenapa orang menulis seperti ini? Apa isi hati Si Penulis? Mungkin dia lagi memikirkan Kebijaksanaan Tuhan dalam hidupnya. Memang, bersyukur adalah salah satu jalan yang tepat untuk memahami skenario Tuhan dalam pengalaman buruk dan pengalaman baik. Dengan kata lain, setiap orang perlu menyerahkan dinamka hidupnya pada Tuhan. Biarlah Tuhan merancangkan semuanya.
Perpisahan yang menguntungkan
Injil juga mengisahkan tentang Yesus memberitakan perpisahannya dengan para muridNya. Ia melihat muridNya tidak tahu tentang arti perpisahan mereka. Murid-muridnya tidak mau Yesus pergi kepada Bapa. Mereka merasa sedih jika kehilangan Sang Rabi. Dengan kata lain, mereka sudah ada rasa keterikatan dengan Yesus. Bahkan, mereka sulit mengiklaskan perpisahan mereka. Akan tetapi, Yesus menjanjikan (seorang) penghibur. Penghibur ini adalah Roh Kudus. Kehadiran Roh kudus akan memberikan kekuatan kepada mereka dalam menghadapi masa-masa sulit. Ia juga menjadi penolong. Roh Kudus akan memelihara dan memdampingi para murid Yesus untuk berkembang dalam iman dan pengajaran. Dengan demikian, penganti Yesus/penghibur/Roh Kudus adalah suatu harapan baru. Perpisahan ini tentu bersifat positif karena membawa harapan baru. Harapan ini menguntungkan mereka.
Renungan Harian 07 Mei 2024: Bersyukur
Kehadiran Roh Kudus bukan hanya menguntungkan bagi Murid Yesus kala itu, tetapi menguntungkan kita saat ini. Ia membantu kita untuk menyadari kehadiran Tuhan. Selain itu, kehadiranNya juga membantu kita untuk memahami skenario Tuhan dalam hidup. Perlu diketahui bahwa kita tidak bisa mengubah rancangan Tuhan seperi membalikan tangan. Kita hanya mengikuti dan memahaminya dengan akal budi dan hati nurani. Sehingga, kita bisa melangkah dengan menggunakan hikmat kebijaksanaan dan pengetahuan, penilaian yang benar, keberanian, dan respek.
Mahasiswa Filsafat Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Pengagum absurditas Albert Camus