Pembangunan dan Tawaran Kebebasan Amartya Sen

Fr. Jery, CMF

Saatnya belajar dari Orang Lain
Picture

ClaretPath.com-

Latar belakang

Manusia merupakan makhluk yang memiliki otoritas untuk berkehendak. Manusia selalu dan mempunyai suatu habitus untuk melakukan apa yang ia suka, bahkan dalam memilih apa yang dikehendakinya.[1]  Salah satu tujuan dari kehendak itu adalah kebebasan. Kebebasan bagi manusia merupakan suatu jalan menuju kebahagiaan bahkan kesejahteraan hidup. Begitupun sebaliknya, jika manusia terhimpit dengan tidak adanya kebebasan tujuan hidup, kebahagiaan dan kesejahteraan tidak akan pernah muncul di permukaan hidup.

Pandangan kebebasan sudah muncul dalam diri manusia sejak dalam kandungan. Tidak heran bahwa hak dan kewajiban pun turut serta hadir dalam pemenuhan kebebasan itu. Menarik bahwa salah satu filsuf dan ekonom terkenal Amartyan Sen mengkonsepkan kebebasan itu, dengan adanya kebebasan yang lebih besar, seorang individu dan masyarakat akan memiliki kesempatan yang lebih besar pula untuk meraih tujuan-tujuan yang hendak dicapai.[2] Kendati demikian, ketika kita sebagai manusia memiliki suatu himpitan atau mendapat situasi melawan dasar kebebasan tentu cara yang diambil adalah melakukan sebuah perlawanan demi mendapatkan sebuah nilai dasar atau nilai-nilai dari kebebasan itu. Sampai disini kita mengerti dan paham konteks kebebasan bagi manusia.

Disisi lain ada beberapa faktor yang menunjang terhimpitnya kebebasan bagi manusia, bahkan kebahagiaan disini pun tidak akan mendapat tempat yang nyaman. Salah satu masalah yang terbesar, yakni kemiskinan. Disinilah terlihat bahwa konsep kebebasan dalam menuju pembangunan yang luas terhimpit oleh kemiskinan itu sendiri. Ini merupakan suatu periode ekonomi yang berada di dalam sistem pembangunan. [3] Karena itu, pokok utama dan yang terpenting disini adalah bagaimana pembangunan suatu negara dalam menghadapi persoalan seperti ini. Tidak heran kita menilai bahwa pembangunan memiliki suatu nilai positif tersendiri, memberi suatu ruang moral yang tinggi dan bisa membawa sesuatu yang dianggap buruk akan menjadi baik.[4] Pembangunan dalam sebuah negara tentu bisa menunjang suatu kebaikan yang mutlak dengan sebuah dasar kebebasan dari nilai-nilai etis yang bertujuan untuk memberi suatu perhatian penuh terhadap masyarakat luas dan bukan pada suatu golongan tertentu. Titik pusat tulisan ini adalah bagaimana melihat manusia sebagai sasaran tujuan pembangunan. Mengapa demikian? Karena manusia merupakan makhluk yang dibekali dengan kebebasan. Karena itu tujuan utama adalah kebebasan menuju pembangunan.

Pembahasan

            Perjalanan hidup manusia merupakan perjalanan dibawah kendali hak dan kewajiban. Ini merupakan manusia yang memiliki suatu otonomi tersendiri dalam melihat suatu perjalanan hidup sebagai sebuah garis lurus dengan didasari oleh nilai-nilai kebebasan. Penunjang kebebasan tidak lain adalah suatu ruang kosmos dari manusia dalam menentukan kebahagiaan. Kita bahkan tau dimana-mana tujuan dari manusia hidup adalah kebahagiaan itu sendiri. kita adalah makhluk yang bebas. Kita bisa dibawa kemanapun oleh diri sendiri untuk suatu pencapain hidup. 

Baca juga :  AKU DAN DIA (PEREMPUAN) ADALAH SAMA

Garis kebebasan ini adalah suatu tujuan memikat diri manusia untuk tetap berada dalam jalur supaya pembangunan industrialisasi diri dapat dipahami. Tetapi, manusia meskipun memiliki suatu pandangan semacam diatas, masih saja terjebak dalam lamunan diri yang membuatnya terhimpit oleh ketidakbebasan. Kita seharusnya memberi sebuah alarm untuk diri sendiri, kita terus sebagai pengendara hidup memiliki suatu pandangan nilai bagaimana kebebasan itu dimaklumi dan diartikan dalam kesehariannya. Misalnya, membangunkan diri dari tidur ruang egoisme. Itulah nuansa diri yang kurang mengartikan tentang atau konsep pembangunan.  

Tawaran Kebebasan Menurut Amartya Sen Menuju Pembangunan

            Kebebasan manusia sekarang memiliki suatu unsur yang hakiki bagi perkembangan individu. Didalam kelompok pun peran kebebasan memiliki suatu nilai khas tersendiri. Apalagi dalam sebuah negara kebebasan merupakan unsur yang terpenting bagi perkembangan mentalis pembangunan.

            Jika dilihat lebih jauh masing-masing orang memiliki pandangan atau pemikiran khusus terhadap kebebasan. Hal yang sama pun terlihat dan nampak filsafat Amartya Sen[5] bagaimana ia secara jeli dalam mengkaji inti dari kebebasan bagi mentalitas suatu pembangunan manusia. Amartya Sen menyampaikan paham kebebasan dalam dua aspek, yakni aspek proses dan aspek kesempatan.[6] Kedua aspek ini merupakan suatu kajian khusus dari Amartya Sen dalam menghadapi pembangunan manusia. Pertama, aspek proses kecenderungan lebih kepada pemerhatian proses memilih dan mengambil sebuah keputusan yang mutlak. Disini kebebasan dalam menentukan sebuah pilihan dilihat dengan sebuah kacamata tidak dipaksakan atau bebas. Kedua, aspek kesempatan lebih menekankan  bagaimana kemampuan intelektual atau rasio setiap  individu untuk mencapai apa yang diinginkan dilihat dari pertimbangan nilainya.[7] Sekiranya semakin kesini makin jelas prinsip atau makna dan pentingnya aspek kebebasan bagi manusia.  Untuk itu konsep pembangunan diri atau mentalitas dalam memajukan kesejahteraan diri dimulai dari kebebasan setiap individu. Identitas diri disini sangat ditekankan sebagai penunjang dalam pembangunan dalam paham kebebasan, hal demikianlah yang mampu memahami bagaimana suatu identitas kebebasan itu muncul dalam setiap golongan hidup bukan hanya untuk ruang ego. Bukan berarti bahwa identitas pengenalan diri dalam menunjang kebebasan sebagai pembangunan, untuk kepentingan seorang diri saja.

            Bagi Amartya Sen sendiri, pembangunan seharusnya dimaknai dengan perluasan keahlian dari setiap masyarakat untuk meraih nilai kehidupan dan memperluas berpendapat bebas serta berpolitik.[8] Bagi dia pembangunan dalam sebuah negara merupakan bukan semata-mata untuk suatu tunjangan pembangunan perekonomian bahkan dalam rana infrastruktur. Disini jelas ia sangat keras mengkritik tentang pengabaian pembangunan manusia (human development). Nilai-nilai dari suatu pemahaman mentalitas kuno kini ia ubah secara total, kemudian memberi input yang good thinks dimana selalu mengoptimalkan kebebasan pembangunan manusia. 

Paham Pembangunan

Baca juga :  Destinasi Adikodrati dan Kodrati Ala Henri de Lubac

            Pada zaman ini masing-masing negara memiliki suatu pencapaian dalam setiap bidang pembangunan. Banyak infrastruktur yang bangun demi tercapainya program kerja untuk diskusi oleh-oleh tetangga sebelah. Konsep pembangunan disini tampaknya hanya dilihat dari sisi pemerintahan terutama dalam menunjang perekonomian.

Konsep pembangunan selalu dan akan terarah pada manusia. Kita tahu bahwa manusia sendiri yang akan berjuang sampai dimana pembangunan itu akan bertahan sesuai dengan jatah yang ia dapati. Dalam terang yang sebenarnya pembangunan yang didasarkan dengan kebebasan dan demokrasi akan memiliki suatu kebaikan khusus untuk kesejahteraan hidup, sehingga proses pemulihan akan identitas suatu masyarakat akan terbayar.[9]  Seharusnya dan memang selalu bahwa pembangunan merupakan suatu proses perluasan kebebasan dimana masyarakat akan mewujudkan hak-hak mereka sebagai manusia negara serta rasa pembangunan kapabilitas manusia akan terwujud dalam ranah kebebasan.[10]  Kendati demikian dapat dijelaskan bahwa pembangunan merupakan dasar hakiki kebebasan manusia, sebab tujuan dari pembangunan itu sendiri memungkinkan manusia akan hidup sejahtera, makmur dan adil.

Pertumbuhan dalam bidang ekonomi serta mendapat investasi negara merupakan pembangunan hasil yang kedua, pertama-tama adalah pencapaian pembangunan manusia sendiri. kita lihat  negara-negara yang sedang berkembang dengan garis kemiskinan tertinggi, melaju untuk mambangun semua infatrusktur untuk menghindari atau menurunkan angka kemiskinan itu. Tetapi hasilnya sangatlah berbeda. Berbeda disini bukan menuju suatu hal yang positif tetapi dalam konsep yang negatif.

Pada umumnya untuk memberantas kemiskinan para pejabat negara melakukan suatu hal yang besar dengan meminta bantuan besar. Contonya, kepada Nations  Nations Development Program. Berbagai program bantuan dikirimkan, dari penyedian lapangan pekerjaan, turunnya angka kelahiran dan berbagai macam program lainya. Tidak lain ini bertujuan agar semua untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Seperti yang disampaikan sebelumnya bahwa Amartya Sen memiliki pandangan yang berbeda dengan pandangan seperti ini. Baginya pembangunan semacam ini sangat tidak menguntungkan wujud nyata dari kebebasan manusia. Menurut Amartya Sen pembangunan itu sama halnya dengan demokrasi, yang selalu terarah pada “rakyat”.[11]  Karena itu, semua pembangunan adalah untuk rakyat. Sebab manusia adalah sasaran utama dalam menunjang pembangunan.

Kesimpulan

            Kebebasan merupakan hal ikhwal yang terdapat dalam diri manusia sejak dalam kandungan. Manusia sudah dibekali dengan berbagai hak dan kewajiban dalam suatu negara untuk memilih apa yang dikehendakinya. Mulai dari hidup sejahtera sampai pada menemukan apa arti dari hidup. Keluar dari kemiskinan pun merupakan hak dari manusia untuk mencapai suatu pembangunan yang sah dan valid tanpa mengesampingkan tujuan hidup.

Oleh karena itu, realitas maupun mentalitas kehidupan manusia selalu didasari pada sebuah prinsip kebebasan. Kebebasan itu pun dapat dilihat dalam konsep Amartya Sen memberi dua aspek yang  menarik, aspek proses dan aspek kesempatan. Dua aspek ini sangatlah cocok untuk menunjang pembangunan manusia dalam realitas kemiskinan. Bukan suatu hal yang mudah memang, tetapi dengan menitik beratkan atau fokus pada manusia itu sendiri kebebasan yang yang menjadi dasar akan menjadi suatu realitas pembangunan yang solid untuk mendapat hidup yang diimpikan.

Baca juga :  Dilematika "Berbelas Kasih"

Daftar Pustaka

Leahy, Louis. (2001). Siapakah Manusia? Sintesis Filosofis Tentang Manusia. Yogyakarta: Kanisius.

Sen, Amartya. (2009). The Idea Of Justice. Harvard University: Press, Cambridge.

Indarti, Sri Henny. (2017). Pembangunan Indonesia Dalam Pandangan Amartya Sen, IJPA-The Indonesian Journal of Public Administration, Vol.3,  36

Ato, Montanus. (2021). Kebebasan Manusia Sebagai Tujuan Pembangunan Menurut Amartya Sen,(skripsi, Fakultas Teologi Sanatha Darma, 2021).

Sunaryo. (2019). Etika Berbasis Kebebasan Amartya Sen, Integrasi Kebebasan Dalam Pilihan Sosial, Demokrasi Dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

 Indro,  Nur. (2018). Kemiskinan Global Dalam Perspektif ‘Development as Freedom Amartya Sen asus:Indonesia, file:///C:/Users/deofi/Downloads/538-Article%20Text-1069-1-10-20140618.pdf,


[1] Louis Leahy, Siapakah Manusia? Sintesis Filosofis Tentang Manusia, (Yogyakarta, Kanisius, 2001), hal. 175

[2] Amartya Sen, The Idea Of Justice, Harvard University, Press, Cambridge 2009, Hal. 228

[3] Sri Henny Indarti, Pembangunan Indonesia Dalam Pandangan Amartya Sen, Vol.3, IJPA-The Indonesian Journal of Public Administration, 2017, hal. 36

[4] Montanus Ato, Kebebasan Manusia Sebagai Tujuan Pembangunan Menurut Amartya Sen, (Yogyakarta: Fakultas Teologi Sanatha Darma, 2021), hal. 2. Inilah adalah  karya skripsi dari salah satu mahasiswa pascasarjana Fakultas Teologi Wedahbakti Sanatha Darma. Skripsi ini sangat bermanfaat, dimana banyak tawaran-tawaran yang melukiskan kebebasan manusia menuju pembangunan.

[5] Amartya Sen adalah seorang filsuf sekaligus ekonom asal  Klakuta, India. Ia lahir pada tanggal 3 November 1933. ia adalah salah satu seorang filsuf yang memiliki suatu pandangan kritis terhadap mentalitas manusia dalam beragama. Ia menyampaikan filsafatnya berdasarkan pengalaman-pengalaman yang didapatkan. Bahkan dia memiliki sejumlah karya terbesar lewat pengalaman-pengalaman itu (Amartya sen, 2005,hal. 45).

[6] Sunaryo, Etika Berbasis Kebebasan Amartya Sen, Integrasi Kebebasan Dalam Pilihan Sosial, Demokrasi Dan Pembangunan, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama; 2019), hal. 38

[7] Amartya Sen, The Idea Of Justice, Hal. 228

[8] Sunaryo, Etika Berbasis Kebebasan Amartya Sen, Integrasi Kebebasan Dalam Pilihan Sosial, Demokrasi Dan Pembangunan, hal. 253-258

[9] Sri Henny Indarti, Pembangunan Indonesia Dalam Pandangan Amartya Sen,hal. 37

[10] Sri Henny Indarti, Pembangunan Indonesia Dalam Pandangan Amartya Sen, hal. 38

[11] P.Y. Nur Indro, Kemiskinan Global Dalam Perspektif ‘Development as Freedom’
Amartya Sen Kasus: Indonesia,
file:///C:/Users/deofi/Downloads/538-Article%20Text-1069-1-10-20140618.pdf, diakses pada tanggal 10 februari 2023