Nun Jauh!

Foto Paus Fransiskus Pegang Injil. Sumber Gambar: Parokivianney.org

Rabu Pekan Biasa XXII

Bacaan I: Kol 1:1-8

Bacaan Injil: Luk 4:38-44

Penaclaret.com – Para sahabat Pena Claret yang terkasih, selamat memasuki bulan Kitab Suci Nasional. Bulan yang baru ini rupanya memberi kita banyak undangan untuk direnungkan. Selain BKSN yang bertemakan “Yesus, Sahabat Seperjalanan Kita”, dalam konteks Gereja Universal, Paus Fransiskus mengundang kita untuk bergabung dalam keluarga ekumenis merayakan “Season of Creation” yang dimulai pada hari ini, 1 September, Hari Doa Sedunia untuk Pemeliharaan Ciptaan, dan berakhir pada 04 Oktober, Pesta St. Fransiskus Asisi.

Di bawah tema “A Home for All? Renewing the Oikos of God”, Paus mengajak kita untuk menimba kembali spirit Laodato Si’, yang kini memasuki usia keenam sejak promulgasinya. Sekadar untuk diketahui, Season of Creation adalah waktu rahmat yang ditawarkan Gereja dalam dialog ekumenis kepada umat manusia untuk membarui hubungannya dengan Sang Pencipta dan ciptaan, melalui perayaan, pertobatan, dan komitmen bersama. Perayaan ini menarik. Dapat dibayangkan, Gereja mula-mula yang memandang dirinya dengan sangat teosentris, memasuki abad cencerahan dengan sangan antroposentris, tiba-tiba di abad XXI ini mendefenisikan dirinya dalam kesatuan dengan ciptaan, ekosentrisme.

Baca Juga :

Mengeluh: Tanda Tidak Sadar, Allah Berjalan Bersama Kita

Saya ingin menjadikan tema kedua untuk merefleksikan bacaan-bacaan hari ini. Boleh dikatakan, jika tidak berlebihan, bacaan-bacaan hari ini berkisah tentang pergerakan eklesiologi atau perkembangan Gereja berkat benih sabda yang ditaburkan dalam sejarah.

Baca juga :  Jangan Gegabah, Nikmati Saja!

Dalam bacaan pertama, Paulus memuji iman dan pengharapan jemaat Kolose dan menyampaikan kabar bahwa Injil telah berbuah dan sampai ke seluruh dunia. Dalam alur yang sama, bacaan Injil juga menekankan dimensi universalitas ini: Yesus dari rumah ibadat Kapernaum— pergi ke rumah Petrus — banyak orang datang kepada-Nya dan disembuhkan (bahkan setan pun mengenali-Nya) —  dan kemudian ke kota-kota yang lain: Gereja berkembang dengan berjalan.

Baca juga :  Mengeluh: Tanda Tidak Sadar, Allah Berjalan Bersama Kita

Namun yang menarik adalah dalam bacaan Injil, ketika usai menyembuhkan banyak orang, Yesus pergi ke sebuah tempat yang sunyi, menarik jeda. Apa yang dapat direfleksikan dari “jeda” ini?

Baca Juga :

Ada Diskon 100% di Kapernaum

Di zaman kita yang banyak peluang pun tantangan ini, dengan misi yang semakin jamak, para pegiat misi kadang lupa bahwa mereka adalah manusia dan bukan mesin. Manusia yang kadang perlu berhenti pada jeda tertentu untuk mengamati perkembangan. Saya teringat akan kisah Pastor Cosme de Torres yang menggantikan posisi Fransiskus Xaverius untuk misi di Jepang. Torres menulis penjelasan pertama tentang agama di negara Jepang dalam sebuah laporan ke Roma yang bahkan setelah lima ratus tahun masih ada. “Mereka menganggap kehormatan sebagai dewa utama mereka,” katanya. Dan yang lebih menarik Torres ingin agar para Jesuit yang di Roma tidak cepat kecewa, jika belum ada orang Jepang yang mau dibaptis. Ia menulis, “Saya tidak diam saat melihat Jepang tanpa memiliki kepercayaan pada Tuhan tetapi inilah jeda bagi saya untuk berpikir”. Menurut sejarawan Gereja Luis Frois, ”Kesopanan dan kedewasaan religius Torres membuatnya dicintai orang Jepang.”

Baca juga :  Mukjizat Terjadi Ketika Kita Berkorban

Para sahabat Pena Claret, jika Jepang modern saat ini memiliki banyak institusi pendidikan Kristen, itu adalah buah dari “Jeda” yang tidak putus asa namun tangguh yang dimiliki Torres saat awal kedatangannya ke Negeri Sakura yang kala itu hanyalah hamparan desa. Tuhan memberkati kita.