Mata yang Terbuka, Hati yang Terbuka

Rikar Sau, CMF

ClaretPath.com Mata yang Terbuka, Hati yang Terbuka

Bacaan pertama: Yl 1:13-15;2:1-2

Bacaan Injil: Luk. 11:15-26

Bacaan suci hari ini menggambarkan suatu kejadian yang sangat luar biasa, di mana Yesus, yang diutus oleh Tuhan, melakukan mujizat penyembuhan terhadap seorang yang bisu dengan penuh kasih sayang. Akan tetapi, tindakan Ilahi yang begitu baik ini menimbulkan kekacauan di hati beberapa penontonnya, yang penuh dengan ketidaksetujuan dan mata yang terluka oleh rasa tidak senang. Kisah yang dicatat oleh Lukas dengan sangat bijaksana tidak mengungkapkan secara eksplisit siapa sosok-sosok yang mencoba menghubung-hubungkan Yesus dengan kekuatan jahat, seperti yang dijelaskan dalam Lukas 11:15. Matius melaporkan bahwa para Farisi gelap mata oleh cemburu dan kegelapan hati mereka. Markus mengisahkan bagaimana para ahli Taurat, dalam kesombongan mereka yang gelap, melontarkan tuduhan-tuduhan palsu.

Baca juga :  Alegori Tanur Pater Claret dalam Persimpangan Gaya Hidup Generasi “TikTok”

Kedua kelompok ini menolak ajaran-ajaran Yesus. Mereka tidak melihat kebaikan Yesus sebagai manifestasi dari asal-usul Ilahi, tetapi hanya sebagai tindakan-tindakan manusiawi biasa. Yesus sendiri mengkritik hipokrisi orang-orang Farisi dan ahli Taurat, yang pandai membersihkan wadah fisik mereka, tetapi tidak memperhatikan kebersihan hati.

Baca juga :  Pembangunan dan Tawaran Kebebasan Amartya Sen

Sebagai pengikut Kristus, kita bisa mengambil pelajaran yang mendalam dari tindakan Yesus yang memperluas pengaruh kebaikan Kerajaan Ilahi di tengah cobaan. Bacaan suci hari ini membuka pintu hati kita. Kebaikan sejati harus tercermin dalam perbuatan dan disebarkan ke seluruh penjuru. Kebaikan bukanlah konsep yang kering dan tersembunyi dalam pemikiran semata, melainkan harus menjadi tindakan nyata yang diwujudkan oleh setiap individu. Yesus adalah contoh yang memperbanyak kebaikan dalam segala situasi dalam hidup-Nya. Semoga dalam menghadapi segala rintangan dalam panggilan hidup kita, kebaikan tetap bersinar, walaupun kekuatan jahat mencoba untuk memadamkannya.